Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI & DUNIA ASTRAL (Part 72) - Raja Khodam Naga Emas


Melihat Dewi Wening berjalan keluar istana 100 peri, dayang-dayang membungkukkan badan memberi hormat, dua orang prajurit wanita bahkan ikut mengawal dibelakangnya. Dewi Wening lalu memanggil seorang dayang-dayang yang berseragam serba putih dan memberikan sebotol pil kesuburan, untuk dibagikan sebutir pil kesuburan pada setiap para peri.

Dayang bergaun putih, yang merupakan kepala dayang-dayang di lstana 100 peri nampak membungkuk hormat dan mengatakan.. "Siap Ibu Dewi Wening."

"Pastikan setiap peri meminum obat ini sebelum berhubungan badan dengan suami mereka yaitu Raden Jaka Indi."

"Baik ibu Dewi Wening."

Dewi Wening lalu mengibaskan tangan sebagai isyarat agar sang dayang berlalu dari hadapannya.

Berikutnya Dewi Wening mengajak Jaka Indi menuju istana utama, yang letaknya tidak berjauhan dari istana 100 peri, yang dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki dalam beberapa menit saja.

Tentu saja cara berjalan para peri tidak sama dengan cara berjalan manusia pada umumnya. Para peri cukup menutul ujung kaki mereka pada permukaan tanah atau ujung rumput, tubuh mereka sudah melesat cepat ke depan. Dahulu saat Jaka Indi baru pertama kali datang ke negeri Suralaya, ketika coba mengiringi langkah Dewi Kemala menuju Paviliun Kaputran, Jaka Indi seringkali tertinggal jauh dibelakang, namun saat ini ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam Jaka Indi telah meningkat pesat, sehingga mudah saja baginya mengiringi langkah para peri, termasuk mengiringi langkah ibu Dewi Wening.

Sesampainya di Istana utama, prajurit wanita yang mengawalnya menunggu diluar istana utama, sedang para prajurit yang berjaga di istana utama mempersilahkan Dewi Wening masuk tanpa melakukan pemeriksaan apapun.

Sebagai pejabat tinggi istana Suralaya, Dewi Wening sangat dikenal oleh para prajurit, dayang dayang juga kepala pasukan dan sangat dihormati para penghuni serta petinggi istana.

Jaka Indi sendiri, karena jarang tampil di lingkungan istana Suralaya, belum banyak dikenali statusnya oleh para prajurit dan penghuni istana. Sebenarnya sangat jarang sekali penghuni istana termasuk prajurit dan dayang-dayang istana melihat keberadaan seorang pria, apalagi dari jenis kalangan manusia, tentu saja keberadaan Jaka Indi yang memasuki istana utama Suralaya dengan digandeng tangannya oleh Dewi Wening, membuat banyak pasang mata para peri yang menatapnya heran, terkejut dan bertanya-tanya. Siapakah pemuda tampan berpenampilan sederhana dengan pakaian yang aneh, yang bisa begitu terhormat berjalan bersama Dewi Wening, dan bisa dibawa masuk dalam istana utama, yang tidak bisa sembarang orang memasukinya.

Saat itu Jaka Indi hanya mengenakan pakaian kaos T-shirt dan celana jeans. Jaka Indi hanya berjalan biasa dengan pandangan mata lurus ke depan serta bersikap tak acuh atas tatapan heran para pengawal istana utama.

Beberapa waktu kemudian sampailah Jaka Indi diruang utama lstana, yang kali ini juga telah berhias berbagai lampu kristal dan cahaya lampu yang terang benderang, sangat jauh berbeda dengan saat terakhir Jaka Indi berkunjung. Dewi Wening terus melanjutkan jalannya dan meminta Jaka Indi untuk tetap mengikutinya. Kali ini mereka sampai dikamar khusus yang merupakan ruang perbendaharaan istana. Ruang Perbendaharaan Istana terbagi menjadi ruang kitab yang berisi buku-buku kuno, manuskrip dan buku sejarah, buku pengobatan, serta buku pengetahuan umum, dan berbagai kitab kuno. Adapula ruang persenjataan, berupa berbagai macam senjata dan benda pusaka serta ada pula ruang berisi berbagai mustika berharga dan berikutnya ada obat-obatan, ramuan dan berbagai herbal.

Jaka Indi sebelumnya sudah pernah kesini saat meminum setetes air kehidupan atau ainul hayat, tapi kali ini Dewi Wening membawanya ke rak pusaka yang berisi senjata tajam, perisai dan berbagai hal, termasuk berbagai jenis obat-obatan dan herbal.

"Raden... Bunda Ratu sudah menmberikan pesan agar memberikan benda pusaka apapun yang Raden perlukan."

"Apakah ibu Dewi Wening punya saran!?"

"Disini ada berbagai macam obat keperkasaan pria, termasuk mustika tanduk menjangan yang membuat Raden bisa berhubungan badan selama 12 jam tanpa kelelahan."

"Terima kasih, ibu Dewi Wening, tapi saya rasa itu tidak perlu, karena saya sudah mendapatkan obat sejenis, berupa pil penambah stamina dari eyang Ageng Wicaksono."

"Bagaimana dengan pusaka Cincin Hati Phoenix, berupa cincin aji pengasihan, yang bisa membuat lawan jenis yang melihat Raden langsung kepincut dan jatuh cinta dan ingin selalu dekat dengan Raden." Sambil Dewi Wening menunjukkan kotak perhiasan kecil dari kain beludru merah, saat dibuka berisi cincin dengan ikatan emas bermatakan semacam batu milerah delima berbentuk hati.

"Ah... Itu juga tidak perlu, tentu akan merepotkan bila banyak wanita selalu mengikutiku." Jelas Jaka Indi dengan senyum geli, membayangkan dirinya selalu dikelilingi banyak wanita.

"Kalau ibu Dewi Wening ada, dan bila diperkenankan aku ingin pusaka Rompi Ontokusumo," Pinta Jaka Indi dengan nada memohon.

"Lho... Pusaka Rompi Ontokusumo!??" Ucap Ibu Dewi Wening dengan nada terkejut. 

"Kalau boleh tahu untuk apa pusaka itu, bukankah saat ini lebih diperlukan pusaka atau obat yang bisa membantu Raden untuk menambah stamina dan bisa cepat mempunyai keturunan!? Sedang pusaka Rompi Ontokusumo lebih diperlukan dalam situasi pertempuran!?"

"Tidak apa-apa, aku hanya menginginkannya saja, itupun bila diperkenankan." Jawab Jaka Indi santun.

"Baiklah, kami memang memiliki Rompi Ontokusumo yang asli. Yang konon Rompi ini merupakan salah satu pusaka yang dimiliki Sunan Kalijaga untuk mengalahkan Sang penguasa laut Selatan yaitu Nyi Roro Kidul. Dulunya rompi ini berupa kulit kambing yang kemudian dirajah kaligrafi ayat-ayat suci Al-Quran, oleh Sunan Bonang." Terang Dewi Wening.

Saat Dewi Wening mengambilkan Rompi Ontokusumo dari kotak kayu cendana berukir bunga melati dan memperlihatkannya pada Jaka Indi, Jaka Indi merasa terkejut karena baru tahu kalau pada rompi kulit tersebut memang ada rajah kaligrafi ayat suci Al-Quran, dan terlihat rajah kaligrafi tersebut memancarkan cahaya putih berkilau.

Ahh... rasanya tidak pantas rompi yang bertuliskan ayat suci Al-Quran ku kenakan untuk perisai diri, terlebih digunakan sebagai perisai diri saat berhubungan intim dengan para peri. Batin Jaka Indi.

Kemudian Jaka Indi, mengembalikan Pusaka Rompi Ontokusumo ke Dewi Wening. "Maaf ibu Dewi Wening, aku fikir aku bukan orang yang tepat menggunakan rompi ini."

Dewi Wening menatap Jaka Indi sesaat dengan ekspresi bingung, lalu mengembalikan rompi Ontokusumo kembali dalam peti penyimpanan, berupa kayu cendana berukir bunga melati dan menempatkan peti kembali di rak semula.

"Mari kila lihat-lihat pusaka, mustika dan obat-obatan lainnya, mungkin ada diantaranya yang Raden merasa cocok dan membutuhkannya."

Tatkala Dewi Wening dan Jaka Indi sedang melangkah disisi sekumpulan rak benda-benda pusaka, Tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras dari kotak emas sepanjang satu meter yang bergetar keras dan bergerak sendirinya, hingga memberi suara klotakan, karena benturan kotak emas yang terus bergetar membentur rak kayu secara terus menerus. Dewi Wening mengernyitkan alisnya dengan heran, dan mengangkat kotak emas sepanjang satu meter tersebut dalam genggamannya lalu mendekapnya erat didepan dadanya untuk menghentikan getaran yang timbul dari kotak emas tersebut.

"Maaf Raden, apakah Raden memiliki Shio Naga Emas!?" Jaka Indi hanya melempar tatapan bingung, tanpa tahu yang dimaksud oleh Dewi Wening.

"Apakah yang ibu Dewi maksudkan Dengan Shio Naga Emas!?" Tanya balik Jaka Indi.

Bukannya menjawab Dewi Wening justru kembali bertanya, "Apa Raden saat ini berusia 22 tahun dan lahir pada tahun 2000 berdasar kalender Masehi??"

"Sebenarnya kalau berdasar identitas KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan ljasah yang kumiliki aku telah berusia 23 tahun, tapi sesungguhnya aku pada tahun 2022 ini memang masih berusia 22 tahun, dan benar sekali aku lahir pada tahun 2000 Masehi."

"Mengapa bisa demikian!?" Tanya Dewi Wening lebih lanjut.

Di-alamku, yaitu di dunia tempatku tinggal, untuk bisa mulai sekolah dasar harus telah berusia 7 tahun, karena aku sangat ingin segera sekolah, sedang usiaku saat itu masih 6 tahun, maka orangtuaku dengan menggunakan imbalan sejumlah uang, telah meminta oknum petugas catatan sipil untuk mengubah akte kelahiranku dari yang sebenarnya tahun 2000 menjadi tahun 1999, agar aku cukup usia untuk masuk sekolah dasar"

Dewi Wening seperti sedikit kurang paham dengan penjelasan Jaka Indi. Hanya saja penjelasan ini membuktikan bahwa Jaka Indi memang sebenarnya lahir pada tahun 2000 Masehi, yang berarti Jaka Indi termasuk Shio Naga Mas.

"Aghh... akhirnya setelah sekian lama, pusaka sabuk raja khodam naga mas ini, yang awalnya hanya tersimpan tanpa guna, pada akhirnya bisa menemukan tuannya, dan tuannya juga masih kerabat istana, bahkan menantu bunda ratu." Gumam ibu Dewi Wening lirih dengan raut wajah penuh suka cita.

"lbu Dewi Wening bisakah aku dijelaskan prihal Shio Naga Mas ini?"

Ibu Dewi Wening berpikir sejenak, seperti berusaha mengingat kembali. "Sebenarnya aku juga kurang begitu memahami prihal Shio, tapi aku tahu sedikit, Shio ini semacam Weton dalam tradisi jawa, atau seperti ilmu perbintangan atau Astrologi barat.

Kemudian Dewi Wening mulai menjelaskan Shio adalah dua belas hewan yang mewakili tahun, bulan, dan jam tertentu dalam astrologi Tionghoa. Jadi berdasar tradisi dan hitung-hitungan masyarakat China atau Tionghoa, kelahiran seseorang sifat dan wataknya dipengaruhi oleh Shio yang dimilikinya. Berikut adalah dua belas lambang hewan shio : Tikus, Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi. Dengan sifatnya. Kayu, Api, Tanah, Logam (Emas), dan Air. sebagai 5 elemen alam. Dan setiap Shio memiliki keistimewaannya masing-masing.

"Ouuuh.... !! Mungkin maksud ibu Dewi Wening seperti Weton dalam tradisi Jawa, semisal aku lahir pas Jum'at Kliwon,. Kata guruku eyang Cakra Ningrat hal itu yang mempengaruhi aku lebih mudah melihat dan berkomunikasi dengan makhluk astral."

"Apakah demikian!?"" Tanya Jaka Indi untuk memastikan.

"Injih leres Raden (iya benar Raden)"

"Lalu apa hubungannya pusaka dalam kotak emas tersebut dengan diriku?"

"Kotak emas ini berisi mustika atau pusaka yang terbuat dari kulit raja khodam naga mas, yang merupakan Raja dari segala Raja Khodam"

"Konon dahulu kala semua Khodam dari jenis hewan ghaib ini dipimpin oleh satu jenis hewan yaitu Khodam Naga Mas, yang merupakan Raja dari semua jenis khodam, bahkan juga rajanya dari raja para khodam."

"Khodam naga mas ini sudah lama mati jutaan tahun yang lalu, karena faktor usia, tapi sisik kulit dari Raja Khodam naga Mas, yang telah mati ini, oleh seorang pertapa sakti dibuat menjadi pusaka dalam bentuk sabuk kulit raja khodam naga mas. Yang khasiat bagi pemakainya, seperti memiliki kekuatan raja khodam naga mas itu sendiri."

"Diantaranya bisa memberikan kekebalan tubuh, tahan serangan senjata tajam sekalipun itu serangan dari senjata pusaka, serta dapat menahan diri dari semburan api, dari badai salju, badai angin dan dapat melindungi tubuh dari serangan tenaga dalam yang paling kuat sekalipun dan juga bisa menambah kekuatan pemakainya, baik tenaga dalam, ilmu meringankan tubuh, kecepatan gerak, hingga 100 kali lipat. Termasuk kekuatan dalam hal syahwat dalam hubungan suami istri." Sampai disini lbu Dewi Wening sedikit tersipu saat menjelaskannya.

"Bila pemakai sabuk raja khodam naga mas ini mengalami kelelahan, cukup berdiri selama tiga menit di atas tanah atau bumi, maka akan dapat menyerap energi bumi yang segera mengembalikan stamina dan kekuatannya, untuk pulih seratus persen seperti semula. Bahkan konon katanya, sebagaimana sifat naga, sabuk raja khodam naga mas ini bagi pemakainya juga bisa digunakan untuk berjalan didalam bumi, berjalan didalam air, dan berjalan di tebing yang tinggi, dengan kemiringan 90 derajat, persis seperti sifat dari ular naga mas itu sendiri. Disamping itu masih ada hal yang luar biasa dari pemakai mustika atau pusaka sabuk raja khodam naga mas ini. Yaitu siapapun yang dijilat atau diludahi bekas jejak telapak kakinya, maka makhluk tersebut, akan mengalami kematian seketika."

BERSAMBUNG
close