PESUGIHAN KELUARGA NINGRAT "NGIPRI KETHEK" (Part 5) - Mencari Tumbal Berikutnya

Bagian 5 - Mencari Tumbal Berikutnya
Saat semua keluarga sudah kembali setelah memakamkan nyi endang di pemakaman khusus keluarga ningrat, bapakku masih memikirkan apa yang baru saja disampaikan oleh keluarga brotoseno saat dimana dirinya menjadikan keluarga ningrat ini sebagai keluarganya sendiri dengan menyamaratakan seluruh tradisi mereka terhadap tradisi keluarga ningrat.
Begitu pula dengan hal lainnya, bapakku juga masih terngiang-ngiang akan perkataan lainnya termasuk perkataan ‘’ratu’’ saat menyebutkan neneng dengan sebutan itu.
Masih banyak misteri yang belum terpecahkan dari keluarga brotoseno dengan keluarga ningrat dari ibuku.
Andai saja nyi endang masih hidup, mungkin dirinya akan memberikan sedikit penjelasan terkait keluarga brotoseno kepada bapak dan juga ibuku.
Selama ini, nyi endang tidak banyak membuka suara terkait keluarga lainnya termasuk keluarga brotoseno hingga hari kematiannya tiba.
Namun ada saat dimana salah satu anggota keluarga yang benar-benar tidak peduli dengan kaitan antara keluarga brotoseno dan juga keluarganya sendiri.
Dia adalah mas krishna. Seperti ada sesuatu yang memang disembunyikan oleh mas krishna, sampai-sampai, ketika pemakaman ibunya telah selesai, dia membawa semua barang-barangnya dan bermaksud untuk pindah ke arah barat, dekat kota kembang.
Saat itu tepat di sore hari, bapakku mendapati mas krishna sedang mengendap-ngendap di rumah seperti menghindari keluarga lainnya. Mas krishna bermaksud untuk kabur dari rumah tepat di hari kematian nyi endang.
Bapakku yang mengetahui hal tersebut mencoba untuk pura-pura tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh mas krishna sendiri. Sampai ketika mas krishna telah keluar dari rumah, bapakku lalngsung menghampirinya.
‘’Mas, mau kemana?’’ Tanya bapakku.
‘’Aku ingin ke barat. Dekat kota kembang.’’
‘’Mau apa mas?”
‘’Kau tidak perlu tahu. Ini urusan pribadiku.’’
‘’Jika aku tidak boleh tahu, mengapa mas buru-buru?’’
Mas krishna pun langsung menyeret tangan bapakku dan meninggalkan barang-barangnya. Mas krishna membawa bapakku tepat di hadapan rumah yang sepi dan tidak banyak lalu lalang orang-orang yang ada di sekitarannya.
‘’Kamu pasti sudah tahu kan?” Tanya Mas krishna.
‘’Maksud, mas?’’
‘’Keluarga brotoseno itu bukan keluarga baik-baik.’’
‘’Aku tidak paham maksud mas krishna.’’
Mas krishna pun memberikan lembaran terkait keturunan dari seluruh keluarganya. Itu berisi nama-nama dari pendahulunya dulu.
‘’Di dalam kertas ini, terdapat nama-nama pendahulu keluargaku. Dan kau tahu, keluarga brotoseno sudah lama dicoret oleh kera*** karena tindakannya yang melanggar dari norma-norma kekera*****.’’
Mendengar hal itu, bapakku langsung sadar.
Ternyata dugaannya benar. Pemilik getih rengget itu adalah keluarga brotoseno. Dan alasan terkuat dari pihak kera*** mengeluarkan keluarga brotoseno adalah karena keluarga brotoseno telah melanggar apa yang ia perbuat sendiri.
‘’Jadi alasan mas krishna keluar adalah karena?’’
‘’Karena menghindari keluarga brotoseno.’’
‘’Aku paham sekarang mas. itu keputusan terbaikmu.’’
‘’Mas Arto, aku boleh minta tolong?’’
‘’Terkait apa mas?”
‘’Tolong rahasiakan kepergianku. Aku tidak ingin semua anggota keluarga tahu jika aku pergi ke barat hanya untuk menghindari titah dari keluarga brotoseno.’’
Sebegitu menakutkannya titah dari keluarga brotoseno sampai-sampai, mas krishna sendiri melarikan diri menuju ke barat yang berdekatan dengan kota kembang.
Di sisi lain, keputusan dari Mas krishna benar-benar tepat. Dia sengaja menghindari hal tersebut agar dirinya tidak terikat dengan aturan yang telah dibuat oleh keluarga brotoseno sendiri.
Namun ada sesuatu hal yang masih menjanggal dalam pikiran bapakku.
Bukankah setelah kematian dari nyi endang, rojo kethek mencari tumbal laki-laki? Apakah jangan-jangan, kepergian dari mas krishna juga karena memang ada keinginan untuk menghindari tumbal selanjutnya.
Bapakku tidak bisa menanyakan hal itu kepada mas krishna. Namun dengan keputusan dari mas krishna, sisa dari keluarga ningrat terselamatkan satu.
Hanya tinggal beberapa lagi yang masih betah di keluarga ningrat karena keinginan dari mereka sendiri untuk mengambil kekayaan tepat setelah beberapa hari dari kematian nyi endang.
Namun ada beberapa yang masih belum bapakku ketahui di sini. Apakah karena memang keterkaitan dari keluarga brotoseno dalam mencampuri urusan pesugihan ini sehingga keluarga ningrat menunggu semua keputusan dari keluarga brotoseno.
Malam harinya, keluarga ningrat diributkan dengan kepergian mas krishna. Mereka mempertanyakan satu persatu anggota keluarga lainnya terkait keberadaan mas krishna termasuk bapakku sendiri.
Namun karena memang bapak memegang janji terkait kepergian mas krishna, bapakku pun tidak menjawab apapun. Bapak hanya tidak ingin, jika ibuku lebih dalam ikut serta dalam titah keluarga brotoseno.
Malam itu juga, semua keluarga pun benar-benar kehilangan arah. Mereka seperti kehilangan pilihan antara satu sama lain. Bapakku menyadari, ada sesuatu yang menjanggal di sini.
Bisa dibilang apa yang diinginkan oleh keluarga ningrat karena memang ingin menjadikan mas krishna sebagai tumbal selanjutnya. Atau karena memang mas krishna sendiri membawa lembaran asli dari seluruh keturunan keluarga ningrat yang memungkinkan bisa membocorkan rahasian terbesar antara keluarga ningrat dan juga keluarga brotoseno.
‘’Sialan! Mengapa krishna bisa lari dari rumah ini!’’ Teriak mas pangarep sambil menggebrak meja.
‘’Kita harus cari krishna sampai ketemu!’’ Ucap mbak ayu dengan perasaan yang was-was.
Tidak berapa lama kemudian, pintu diketuk oleh orang tidak dikenal. Namun hawa keberadaan ini sangat familiar. Bapakku merasakan hawa yang busuk dan benar-benar ingin lari dari ruangan ini.
‘’Jangan-jangan…‘’ Ucap mas pangarep dengan nada bicara yang penuh ketakutan.
Mas pangarep pun langsung menuju ke depan rumah dan membukakan siapa yang hadir. Baru juga dia membukakan pintu, tiba-tiba tamparan keras melayang tepat di bagian pipi sebelah kanan mas pangarep hingga dia terjatuh.
‘’Plak!’’
‘’Itu Raden Angkoro!” Ucap mbak ayu.
Semua anggota ningrat pun langsung menunduk untuk menghindari amukan dari keluarga brotoseno. Mereka tahu kedatangan dari keluarga brotoseno karena ingin membahas akan kepergian dari mas krishna.
‘’Ampun kang mas raden. Aku gak tahu jika memang harus seperti ini. Dia pergi begitu saja saat kami beristirahat.’’ Jelas mas pangarep.
‘’Buk!’’
Raden angkoro menendang perut mas pangarep hingga kesakitan. Lalu dia melangkah menuju mas pangarep dan menjambak rambut mas pangarep dengan kencang.
‘’Ampun kang mas raden.’’
‘’Kamu mau, kalau kamu yang aku jadikan sebagai tumbal berikutnya?’’ Tanya Raden angkoro.
‘’Ti-tidak kang mas raden.’’
‘’Kamu tahu kan? Rojo kethek butuh apa?’’
‘’Bu-butuh pengawal, kang mas raden.’’
‘’Jika ratunya sudah ada, lalu bagaimana untuk mencari pengawalnya?’’ Tanya Raden angkoro sembari menjambak rambut mas pangarep dengan kencang.
‘’Sa-sakit, kang mas raden.’’ Ucap mas pangarep.
Sedangkan anggota keluarga yang lainnya, mereka semua tidak ada yang berani untuk mengatakan apapun sewaktu raden angkoro menyiksa mas pangarep.
Bapakku terus memegangi perut ibuku sembari mengatakan sesuatu,
‘’Diam dan tetap menunduk.’’
Raden angkoro pun berjalan ke arah anggota keluarga yang lainnya sembari menginjaki tubuh mas pangarep yang sudah tidak berdaya.
Dalam keadaan yang benar-benar kesal dan penuh emosi, raden mas angkoro pun menatap satu persatu anggota keluarga yang lainnya.
‘’Ayu!’’
‘’I-iya kang mas raden.’’
‘’Kamu tahu, dimana cecunguk itu lari?’’
‘’Ti-tidak tahu, raden.’’
Raden angkoro pun langsung mendekati mbak ayu dan menamparnya dengan dua kali tamparan yang sangat keras.
‘’Sugeng? Apa tugasmu?’’
Mas sugeng hanya terdiam. Dia tidak mengatakan apapun kepada raden angkoro terkait kepergian dari mas krishna yang pergi dengan tiba-tiba.
Dengan cepat, raden angkoro pun menendang bagian paha mas sugeng hingga terperosok ke bagian belakang.
Hingga akhirnya mas raden angkoro tiba di hadapan bapakku. Dia menurunkan sedikit tubuhnya sembari mengatakan sesuatu.
‘’Kau tahu kan? Dimana larinya krishna?’’
Bapakku hanya terdiam. Bapak tidak menjawab apapun selain dia menundukkan kepalanya.
‘’Aku tahu, ada banyak rahasia yang kau sembunyikan dariku. Tapi semuanya sudah aku ketahui.’’
Raden angkoro pun langsung pergi dari hadapan mereka dan mengatakan sesuatu kepada mas pangarep.
‘’Selasa ini, cari tumbal berikutnya!’’
‘’Si-siap, kang mas raden.’’
Raden angkoro pun meninggalkan mereka semua. Sesuatu yang menjadi kesimpulan dari bapakku adalah ternyata, setelah kematian dari nyi endang, keluarga brotoseno telah mengkonsep semua ritual dan pesugihan itu berjalan hingga mencari tumbal berikutnya.
Karena itulah dia sangat marah ketika mendapati mas krishna pergi tanpa diketahui oleh keluarga yang lain. Bisa dibilang, mas krishna akan dijadikan sebagai tumbal berikutnya.
Namun, jika mas krishna benar-benar lari dan tidak kembali lagi, lalu raden angkoro meminta kepada mas pangarep untuk mencarikan pengawal (tumbal laki-laki) berikutnya, siapakah yang akan dijadikan tumbal berikutnya dari anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki? Apakah mas sugeng? Mas arto? Atau mas pangarep sendiri? Atau memang berasal dari keluarga brotoseno yang notabene semuanya beranggotakan laki-laki semua?
***
Part-6 agak sedikit sensitif. Karena akan ada kaitannya dengan beberapa pejabat yang memang masih ada hubungannya dengan keluarga brotoseno.
Dan semua nama sudah saya ganti (samarkan).
BERSAMBUNG
*****
Selanjutnya
*****
Sebelumnya