Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

REBUTAN NYOWO - Demit Ratan


Wadal Pocong Wit Pring

Kisah ini terjadi di jalan pantura, Semarang-Magelang.
Untuk tempatnya, sengaja tak diberitahu!

Kejadian yang terjadi tepat didepan mata Katon, sewaktu pulang dari Purworejo dan mulai berangkat dari situ masih sore dan dia sendirian.

Katon melajukan kecepatan motornya tak begitu kencang maupun lamban.
Dia menelusuri jalan pantura dengan sangat santai.

Sesekali Katon melirik kearah pengendara lain sambil cuci mata melihat cewek cantik.
Katon masih melaju dengan menaikkan sedikit kecepatannya, hingga terlihat pengendara tanpa helm berambut panjang dan lekuk tubuhnya bagus.

Katon senyum dan mulai menyalip.
Hendak berkendara sambil sedikit berbincang kalau yang dia lihat cantik.
Tetapi pas sampai disampingnya ternyata lelaki berambut panjang dengan kumis tebal, melirik kearah Katon.

Katon kecewa, meliriknya dengan tatapan masam dan menaikkan kecepatan, melewati lelaki gondrong tersebut.

Sampai terlihat lampu merah dan dia pun berhenti.
Baru saja berhenti, Katon didekati Megaloman yang tengah mengamen.
Katon membuang pandangan merasa risih dan menyuruhnya pergi.
Namun tak mau pergi dan dia mengambil uang koin dari saku depan lalu memberikan kepada Megaloman.

"Eh mas! Yang benar saja? Masa eke dikasih uang koin? Sorry-sorry saja ye! Pasaran Eke tinggi!" ucapnya pergi tanpa mengambil uang koin yang Katon ulurkan kepadanya dan pindah mengamen ke pengendara lain.

Lampu sudah hijau, Katon kembali melanjutkan perjalanan.
Dan dia melajukan motornya dengan sangat santai.

Adzan maghrib berkumandang, suaranya terdengar tak begitu jauh.
Katon mulai menaikkan kecepatannya dan masuk ke halaman masjid.
Katon sholat maghrib dan setelahnya melanjutkan perjalanan.

Kali ini Katon melaju dengan kecepatan lumayan karena takutnya kemalaman.
Dia terus melaju tanpa melihat-lihat sekitar. Fokus ke jalanan.

Lumayan lama dan entah sudah jam berapa.
Katon merasa sedikit was-was.

"Deg-deg"

Tiba-tiba jantungnya berdugup kencang seakan... akan terjadi sesuatu.
Dia tak mengerti dan sempat berpikir, menerawang jauh.

Katon melihat lurus kedepan, nampak terlihat mobil bermuatan pasir dengan bobot tak seimbang.
Mobil itu melaju agak kearah tengah.

"Whusttt...."

Dari arah belakang ada motor yang menyalip dengan kecepatan tinggi.
Katon masih melihat lurus kedepan.
Dia masih ingat detail dari kendaraan-kendaraan yang ada disitu.

Truk yang mengambil jalur agak ke tengah, dibagian kiri ada beberapa kendaraan lain juga dan motor yang menyalip tadi mengambil jalur sebelah kiri.

Dan....

"Bruattt...."

Tabrakan tak dapat terelakkan lagi.
Katon kaget dan langsung ambil jalur kanan atau menepi.

Truk yang mengangkut pasir masih terus berjalan dan setelah truk itu agak jauh, nampak dua penggendara sepeda motor tergolek lemas di tengah jalan.

Katon yang sudah sempat menepi, langsung menghentikan motornya.
Mematikan mesin, mengambil kunci dan berlari mendekati pengendara tersebut untuk menolong.

Dipinggir jalan ini ada pohon bambu.
Namun tak begitu banyak seperti hutan bambu.

Oh iya, waktu pengendara tersebut menyalip, Katon sempat tersrempet sedikit.
Namun dia tak mengalami luka yang serius dan motornya sempat oleng.
Tetapi Katon masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

Motor yang menyalip tersebut jenisnya matic. Namun yang versi gede.
Tahulah merk apa?!

Pengendara matic gede itu terkapar dan yang menolong mencoba untuk membangunkan pengendara tersebut.
Namun dia tak bergerak sama sekali.

Salah satu orang yang ikut membantu menolong, melepas helmnya.
Dan... ternyata perempuan.

Jalanan jadi semakin ramai.
Ada yang sibuk menolong dan ada pula yang mulai menghubungi ambulan dan polisi.

Melihat pemandangan tersebut, Katon langsung merinding.
Bulu kuduknya tiba-tiba meremang.
Apalagi saat melihat pengendara satunya, yang muntah darah dan di hajar habis-habisan oleh para dedemit.

Katon pun mengalihkan pandangan dan menoleh kearah samping.
Lebih tepatnya kearah kumpulan pohon bambu.

Terlihat sosok putih bergelantung bak kepompong.
Katon menajamkan penglihatan mata ketiganya kearah sosok yang bergelantung di pohon bambu.

"Ah., sialan! Rupanya pocong!" gumannya dalam hati.

Katon pun berjalan mendekati sosok tersebut.
Masuk keareah rumpun bambu.

Katon terus melangkah mendekat.
Kaki kanannya sudah menginjak bagian bambu tersebut, hendak menaikinya.

Namun langkah kakinya terhenti.
Kala melihat sosok perempuan yang rupa dan wajahnya persis dengan perempuan yang sedang di tolong.

Katon membatalkan niatnya untuk menaiki pohon tersebut.
Duduk jongkok sambil mengawasi orang-orang yang sedang berusaha menolong.

Dirasa semua orang sibuk dan tak memperhatikannya, Katon kembali berdiri dan melihat kearah perempuan tersebut.
Perlahan Katon mulai memanjat pohon bambu.

Ditangan kanan perempuan itu ada sebuah kain yang mengikat pergelangan tangannya.
Kain ini lumayan panjang dan ujungnya tak terlihat, karena pandangan Katon tak bisa melihat ujung kain yang memanjang sampai dalam rumpun bambu.

Katon terpaku diam.
Tak bergeming sedikit pun.

Sosok pocong yang awalnya hanya satu, langsung bertambah jadi dua dan yang dua, jadi tiga dan begitu seterusnya. Hingga hampir memenuhi rumpun bambu.
Dan ada juga beberapa pocong bergelantung, kakinya diatas sedangkan kepalanya ada dibawah.

Katon harus bergerak cepat menolong perempuan itu. Kalau tidak nyawanya mungkin takkan bisa tertolong lagi.

"Sebenarnya aku malas! Tapi melihat kejadian yang ada didepan mataku, tak mungkin aku membiarkannya!" gumam Katon dalam hati, yang merasa iba pada perempuan itu.

"Cepat mas! Tolong perempuan itu!" pinta suara dari samping, yang entah dari mana datangnya.

Katon kaget dengan suara yang memeritahnya, dan melihat kearah samping.
Terlihat sosok perempuan yang dia kenal, dengan posisi yang sudah ikut memanjat salah satu pohon bambu.

"Mbak Diah?" ucap Katon mengerenyitkan dahi.

Diah Ayu tersenyum memandang Katon.
Lalu dia kembali berujar, "Iya mas! Cepat ditolong! Sebelum perempuan itu dibawa masuk ke alam mereka dan tak bisa tertolong lagi!"

(Diah Ayu, salah satu jin yang pernah bertemu dengan Katon, seperti Larasati dan Nadia, Wahdaniah [Ani]. Bahkan, masih ada beberapa jin perempuan yang lain, yang menaruh hati pada Katon. Tapi nanti saya tulis, bila pembaca masih suka dengan ceritanya mas Katon.)

Diah Ayu memberinya semangat, membuat Katon seakan diberi kekuatan.
Bahkan dia sampai mengacuhkan Diah Ayu dan kembali memanjat naik.
Sesampainya diatas, tepat disamping astral perempuan tersebut,

"Mbak! Ayo pulang! Kasihan sama raganya," pinta Katon.

Namun tubuh astral dari perempuan itu tak menjawab.
Hanya diam sambil menatap.

"Urus saja masalahmu! Jangan ikut campur!" bentak suara yang datangnya dari atas Katon.

Katon menoleh keatas.
Kaget, seraya berujar, "Owh, Bajidul! Kurang ajar! Tidak sopan. Sini turun kalau berani!"

Lalu Katon melihat kearah bawah.
Lebih tepatnya kearah jalan yang nampak sudah semakin ramai orang mengerumi dan berusaha menolong tubuh fisik perempuan itu.

"Aduh! Kalau telat bisa bahaya ini!" gumam Katon dalam hati.

"Pergilah!" bentak salah satu pocong.

Katon tak menghiraukan pocong-pocong yang geram kepadanya.
Dia berusaha melepaskan ikatan kain putih ditangan tubuh astral perempuan itu. Tetapi lumayan susah.

Katon tak bisa menunggu lebih lama lagi, karena takut polisi datang atau Ambulan yang akan membawa tubuh fisik dari perempuan tersebut.

Dengan segala kekuatan Katon masih berusaha untuk melepaskan ikatan tali kain tersebut. Namun hasilnya masih sama, Katon tak dapat melepaskan ikatan itu.

Sedangkan sosok astral dari perempuan tersebut hanya diam, pasrah.
Memandang dengan tatapan kosong.

"Bismillahirrahmanirrahim, sun mancar cahyaning Allah, sungsum balung rasaning gusti, getih daging rasaning gusti, otot lamat-lamat rasaning gusti, kulit wulu rasaning gusti, lilo ingsun muncule Allahu, jatining manungso, kafan putih ucul seko aluse sukmo, lungguhku dampar keprabon, Allah nek awakku, nek putih rasaning nyawa, utusan Allah, sang mantra putih iya ingsun sempurna.
Sang ireng jeneng muksa pangreksan, sang wening meneng jati rasane, lekune ora katon pangrasane manusia sing karan Iblizz Katon!" ucapnya membaca.

Lalu Katon kembali memegang kain putih yang mengikat dibagian tangan tubuh astral perempuan itu, lalu dia tarik dan lumayan panjang. Seperti kain tak berujung.

"Setan! Gak habis-habis." gumam Katon masih terus menarik kain pengikat itu dengan kedua tangannya, sedangkan kedua kakinya saling bertemu, mencengkram erat pohon bambu dengan kedua kaki, agar tak terjatuh.

Katon begitu serius, sampai lupa menarik nafas.
Lalu tubuhnya berasa berat seakan tertindih sesuatu.
Sampai Katon turun dengan sendirinya dan hampir menyentuh tanah.

Tangannya mencoba meraih sesuatu yang menindih tubuhnya.
Dan ternyata sosok pocong dengan tubuh kekar.

Posisi tangan Katon berada diatas kepala, memegang sosok tersebut dan melemparnya tepat dihadapan dia.

Katon melihat pocong itu nampak wajahnya masih tertutup kain.
Tertutup, dengan rapat.

"Ternyata ini penyebab kainnya terhubung dengan kain kafanmu?" ucap Katon sambil melihat kearah perempuan itu.

Dia kembali naik untuk melepaskan ikatan dan anehnya, bisa langsung lepas.
Tak seperti sebelum dia membaca bacaan itu.

Katon langsung turun dan berlari, sambil menggandeng tubuh astral wanita tersebut.
Dan secara bersamaan, ada pocong yang terbang menabrak tubuh Katon.
Semuanya terpental dengan sendirinya.

Kira-kira ada tujuh pocong.
Tetapi pocong dengan tubuh kekar tidak terpental dan masuk kedalam badan Katon.

Awalnya Katon tak menghiraukan, namun badannya berasa berat.
Lalu dia mengambil nafas sejenak dan kembali membaca sesuatu yang dia yakini bisa menghilangkan, atau membakar sosok pocong kekar yang masuk ke badannya.

"Bismillah, siro matek ajiku si Jati rogo. Kiblat papat kandas, tak antemke segoro asat, ora asat tak sawurke dadi pasir. Kowe dadio sak pengenku, tak sawut ke ngalor melu ngalor, tak bademke ngibul melu ngidul, mergo kowe ibarat watu, dudu ratu.
Punthes tali metu seko rogoku, dadio awu sing kabur kanginan."

Seketika badannya berasa ringan.
Namun terasa begitu panas.

Tinggal beberapa langkah lagi, Katon masih menggandeng astral perempuan itu menerebos kerumunan orang-orang.

Katon mendekati tubuh fisik dari perempuan tersebut.
Lalu dia berjongkok disebelahnya.

"Woy! Tunggu aparat jangan di pegang-pegang!" teriak salah satu orang.

Katon tak mengindahkan teriakkan dari orang tersebut dan memasukan tubuh astral perempuan itu ke tubuh fisiknya.

Tubuh astralnya sudah masuk.
Tetapi perempuan itu masih tak bergeming.

"Woy! Bangun woy! Sadar...!" teriak Katon sambil menggoyangkan tubuh perempuan itu beberapa kali.

Namun tak kunjung terbangun.
Dan Katon sampai menampar pipinya, sambil membentak, "Woy! Tangio, tangi (Woy! Bangunlah, bangun!) Cepat mandi, woy!"

Tetapi tetap saja tubuh fisik dari perempuan itu masih terdiam.
Dan saat itu Katon tak memperdulikan apa kata orang yang mulai berkata tidak-tidak.

Katon tak menyerah, dia mendekatkan mulutnya ke telinga perempuan itu, seraya berbisik, "TANGIO! NEK ORA TANGI, TAK DEMUK S*S* MU!" (BANGUNLAH! KALAU TIDAK BANGUN, KU REMAS S*S*MU!)

Katon mengangkat wajahnya dan duduk kembali sambil terus menatap.
Dia menunggunya tapi tak ada respon.

Rasa jengkel bercampur emosi.
Dan dia bingung harus berbuat apalagi.
Hingga terpikir olehnya memegang kepala perempuan itu dengan tangan kiri.
Lalu mencium bibir perempuan itu, 'muach'

Lalu tiba-tiba tangan perempuan itu mulai bergerak.
Sontak orang-orang yang tadinya mengganggap Katon seperti seseorang tak waras, langsung berteriak, "Horeee ...." girang.

"Njijiki! Ababe rak nggadek blas...." (Jijik! Nafasnya bau....) ucapnya yang baru siuman.

Katon tak menjawab, dia hanya tertawa sambil berdiri dan melangkah pergi mendekati motornya yang terparkir di bahu jalan.

Katon duduk di motornya lalu pandangannya teralihkan ke pohon bambu.
Nampak masih ada beberapa pocong berdiri menatap.
Kain di wajahnya terbuka sambil teriak, "Awas kamu!"

"Oke! Aku tunggu!" balas Katon kepada para pocong sambil berlalu pergi melanjutkan perjalanan.

SEKIAN

Menolonglah sesama, selagi kamu mampu untuk menolong.
Dan jangan hiraukan orang berkata apa.
Selagi ada kebaikan didalam dirimu dan ada keyakinan, yakinlah! Orang yang waktu itu merendahkanmu, akan bangga dengan apa yang akan kamu gapai!
close