Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KAMAR TITISAN "Ruang Istirahat Miranti"

"Kembang sedap malam yang masih segar harus selalu disajikan setiap malam, usahakan jangan sampai layu!" Sahut Hans kepala outlet BoloSmart senior area ku.

Serah terima area sore itu selesai di outlet paling ramai area Batas kota, aku, Hans dan Si Mbah Ismanto lanjut ngopi didepan outlet, sambil ngopi aku memperhatikan laju kendaraan umum yang macet karena bubarnya karyawan pabrik sepatu.

Setiap hari Outlet BoloSmart Titisan Lima mendapatkan omset dengan average Rp48 juta, wajar saja disana lokasinya sangat strategis, tambah banyaknya jumlah karyawan pabrik sepatu yang terus bergantian selama 24 jam, kulihat pabrik sepatu itu seolah tak pernah tidur.

Namaku Reqi, aku baru diangkat menjadi SPV Area sekitar 4 bulan dan kali ini harus rolling dengan SPV yang lain.

Si Mbah Ismanto adalah SPV ku dulu, sewaktu masih jadi Kepala Outlet BoloSmart Cisaat Sukabumi, dan sekarang aku harus bertukar area dengannya yang di Batas Kota.

Sambil ngopi dan ngobrol santai, aku masih mempertanyakan tentang kenapa harus ada Bunga Sedap malam diruang samping mes karyawan dan ruangan itu tidak boleh dimasuki sembarangan orang.

Bagiku selalu berfikir logis, hal tersebut seperti sebuah keganjilan yang diharuskan, karena secara SOP dari perusahaan, segala sesuatu yang ada diarea outlet sudah ada standarnya.

Aku yang tidak mempercayai apa yang dikatakan Hans dan Si Mbah Ismanto, terus bertanya tentang ruangan tersebut, hingga satu pertanyaan yang mungkin mereka juga tidak bisa jelaskan dan Hans hanya mengajakku masuk setelah adzan Maghrib untuk mengganti Bunga Sedap Malam ditempat itu.

"Nah ini bunganya pak!" Hans menunjukan seikat bunga sedap malam yang diambilnya dari kresek dan akan dia masukan untuk mengganti bunga yang sudah layu.

"Ya sudah aku sembahyang dulu, nanti aku ikut masuk!" jawabku, Hans dan Si Mbah hanya duduk sambil berbisik, entah apa yang mereka bicarakan, aku langsung bergegas ke toilet mengambil air wudhu.

Setelah beres sembahyang aku masuk ke ruangan itu, kulihat Hans sedang mengganti bunga di tujuh buah vas bunga yang sudah disediakan.

Ruangan itu sangat dingin karena AC yang tak pernah dimatikan, kulihat beberapa foto gadis cantik dengan bola mata yang sangat indah berjejer di dinding ruangan.

"Jika saja aku menjadi menantunya pemilik Outlet, pasti bahagia sekali punya istri secantik gadis ini!" Gumamku dalam hati sambil kutatap foto gadis itu.

"Ayo Pak sudah selesai!" Hans mengajaku keluar dari ruangan.

Selasa, 3 Oktober 2016, setelah lelah berkeliling serah terima area dengan si Mbah, aku pulang sekitar jam 21:30 karena harus mempersiapkan data buat meeting besoknya di kantor Cabang BoloSmart Warung Kondang.

Seperti biasa sluruh Kepala Outlet area batas kota sudah memberikan laporan penjualan harian lewat WA Group.

Dalam perjalanan pulang yang sepi, sekitar 1 Km aku mengemudi, entah karena aku ngantuk atau terlalu lelah tiba-tiba aku mencium wangi bunga sedap malam seperti di ruangan tadi.

Mungkin karena tadi aku mencium bunga itu, sampai wanginya masih terbayang dihidungku.

Setelah sampai dirumah aku membereskan tas dan berkas kerja, kulihat dibangku tengah seperti helaian pucuk bunga sedap malam berceceran.

Tanpa berpikir negatif langsung kubersihkan kursi mobil lalu masuk ke dalam rumah, entah kenapa yang membuatku aneh, didalam rumah masih kucium wangi bunga itu seperti menempel dipakaian.

Dikamar kulihat istri dan ketiga anakku sudah tertidur pulas, akupun langsung ke kamar mandi untuk membersihkan badan.

Saat aku mengguyur badan dengan shower, gadis cantik yang tadi kulihat dalam foto, tiba-tiba menggosokkan sabun ke punggungku.

"Astagfirulloh, ka, , ka, , kamu siapa?" tanyaku sembari membalikan badan, kulihat dia adalah gadis yang ada difoto tadi.

"Aa jangan kaget, Anti bantu gosokin punggungnya yah." gadis itu menutup mulutku dengan jemari lentiknya, seakan menyuruhku untuk diam.

Aku tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi, takutnya jika kuceritakan semuanya, nanti Kang Adoelt Beby harus bikin warna blur ditulisannya, jadi biar aku dan gadis itu saja yang tahu kejadian sebenarnya.

Singkat cerita, aku tak sadarkan diri, tiba-tiba aku sadar sedang terbaring disebuah kasur yang sangat empuk dengan taburan bunga-bunga diselimuti udara yang sangat sejuk.

ketika aku membuka mata dan bangun dengan badan yang sangat lemas untuk digerakan.

"Astagfirulloh, kenapa aku masih disini?" aku bingung karena aku tertidur di ruangan keramat itu tanpa mengenakan pekaian.

Aku bergegas memakai pakaian seragam yang berceceran dilantai, sembarii memakai pakaian aku melihat gadget ku yang terus berbunyi tanda panggilan masuk dari Istriku.

"Hallo, mah, sebentar yah Papa masih dijalan!" Kujawab panggilan itu dan bergegas mengenakan pakaian.

Selesai aku mengenakan pakaian, kulihat seorang perempuan duduk membelakangiku hanya memakai daster berwarna putih.

"Kamu siapa?" tanyaku.

Perempuan itu hanya terdiam, dan ketika kudekati dia malah menangis tersedu-sedu.

"Kamu siapa? Kenapa kamu bisa berada disini? Ruangan ini tidak boleh dimasuki orang sembarangan!" kataku sambil menepuk pundaknya.

"A,, a,, astagfirulloh! kamu pemilik kamar ini?" kulihat perempuan itu adalah Miranti, anak pemilik Outlet yang fotonya terpajang didinding.

Aku terkaget dan menjauh dengan pikiran bingung, kenapa aku berada diruangan itu, padahal tadi malam aku sudah dirumah.

"Jangan pulang A! temenin Anti disini!" Perempuan itu memohon agar aku tidak meninggalkannya.

Kulihat jam digadgetku menunjukan pukul satu dini hari.

"Aku harus pulang! Istri dan anakku menunggu dirumah!" aku membentak sembari menepiskan lenganku dari genggamannya.

Perempuan itu tertunduk disamping kasur, dia menangis dan memohon agar aku tidak meninggalkannya dan saat aku mengambil tas lalu membuka genggaman pintu.

"Krek,, krek,, korek,," Pitu itu seperri terkunci dari luar.

"Hans, Hans, buka pintunya!" teriaku sambil menggedor-gedor pintu.

"Kamu tidak bisa membiarkan aku terjebak disini sendiri!" dia berkata dengan suara yang sangat tegas, tangisannya terhenti dan dia mengangkat wajahnya.

"Aaaaaa!" Kulihat wajahnya yang sangat cantik sudah berubah menjadi pucat dengan tatapan yang menyeramkan, matanya melotot kelopak matanya menjadi hitam seperti Suzzana dalam film kuntilanak.

Perempuan itu bangkit dan berdiri dihadapan wajahku, dia meremaskan jemari tangannya yang berkuku panjang, rasa takutku semakin membuatku tak merasakan rasa apapun ditubuhku, aku menutup mata sambil berteriak.

"Hans,, Hans,, buka pintunya! Hans,, buka pintunya!" aku berteriak memanggil Hans yang kuharap dia berada diluar ruangan.

Namun tiba-tiba aku melihat cahaya putih yang bersinar sangat terang dan kudengar suara lantunan ayat suci.

Seketika perempuan itupun lenyap, aku membuka mata dan saat sadar aku sedang dipegang beberapa orang tetanggaku.

Katanya dari tengah malam aku kesurupan dikamar mandi.

Mertuaku bilang, aku diikuti kuntilanak yang menyerupai Miranti, gadis bungsu pemilik Outlet Titisan V, yang meninggal tanpa sebab ketika ruangan itu sedang dalam tahap pembangunan.p

Bukan hanya aku yang mengalami keganjilan seperti ini, tapi beberapa karyawan kantor yang sedang kunjungan ke outlet itu juga sama, mengalami kejadian yang berbeda-beda karena dibuntuti kuntilanak itu.

BACA JUGA : POCONG JALAN SUKRI

KISAH MISTERI BERDASARKAN KISAH NYATA
-------------------------------------------------------
~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~
close