Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

JAKA INDI DAN DUNIA ASTRAL (Part 11) - Mati Tersenyum


Tiba-tiba kuda unicorn langsung melesat ke depan dengan sangat cepatnya, karena kagetnya, hingga badan Jaka Indi terasa akan terlempar jatuh kebelakang. Jaka indi secara spontan langsung memegang dan mendekap erat pinggang prajurit wanita yang sangat cantik itu dengan kedua tangannya.

"Astaga...! Nona.. hati-hati, saya bisa terjatuh 'nih...!" Seru Jaka Indi dengan gugup dan terperanjat, sembari kedua lengannya tetap memegang erat pinggang prajurit wanita cantik itu. Seketika Jaka Indi mencium aroma harum alami seorang wanita remaja, dan aroma bunga anyelir saat rambut wanita tersebut tertiup angin hingga menyapu sebagian wajah Jaka Indi, tangannya juga dapat merasakan tubuh yang langsing dan sintal saat memegang pinggang prajurit jelita tersebut.

Astagfirullah, maaf nona, maaf.. maaf.., ketika menyadari yang dipeluknya adalah tubuh seorang wanita, refleks Jaka Indi melepaskan pelukannya, dan mengalihkan pegangan tangannya pada pinggul kuda unicorn. Prajurit wanita cantik itu hanya diam saja dan tetap memacu kudanya melaju cepat.

Saat tiba didepan gerbang paviliun, wanita cantik tersebut memberi isyarat dengan jari tangan dan para prajurit penjaga di pintu gerbang dengan sigap segera memberinya jalan lewat. Kuda unicorn putih terus melaju dengan cepat, dalam waktu singkat sampailah mereka didepan Istana dengan dua patung macan kumala putih pada kedua sisi gerbang masuknya.

Jaka indi segera melompat turun dari kuda unicorn, diikuti prajurit wanita cantik bersenjata busur kristal yang juga bergegas turun. Para prajurit pengawal di-gerbang istana, terlihat memberi jalan dan memberi sikap hormat pada wanita cantik itu.
"Raden ikuti saya," kata wanita cantik itu dengan nada memerintah, seraya berjalan masuk dan bergegas menaiki anak tangga, lalu berjalan menuju bagian belakang istana.

Pada bagian belakang istana terdapat beberapa ruang-ruang, terlihat wanita cantik itu melewati ruang pertemuan prajurit, lalu ada ruang dayang-dayang istana, kemudian sampai ke ruang yang pada bagian atas pintu tertulis gudang perlengkapan. Jaka Indi tetap berjalan mengikuti dibelakang langkah wanita cantik tersebut.

Dibalik gudang perlengkapan terdapat beberapa pakaian perang prajurit yang tertata secara rapi. Ada pula persenjataan yang terdiri dari banyak tombak, perisai besi, berbagai jenis busur dan juga beraneka jenis pedang yang berjajar dan berderet rapi dalam rak kayu. Lalu masih berjalan masuk lagi kedalam sebuah lorong dan pada ujung lorong, tembus keruang yang berbentuk seperti gua batu.

"Hmmm.., ternyata pada bagian belakang istana ada guanya." Gumam Jaka Indi seraya memandang terpesona atas keunikan gua, dimana dinding guanya dipenuhi beberapa macam lumut hijau tebal, serta tampak cahaya matahari masuk melalui celah berlubang yang ada di atas gua yang mana sinarnya jatuh menyinari bagian sisi kanan gua.

Masuk lebih kedalam gua lagi, terdapat sebuah pintu besi yang besar, didepan pintu berdiri dua orang prajurit penjaga yang masing-masing membawa pedang panjang yang tersoreng di pinggangnya.

Ketika melihat kehadiran prajurit wanita yang cantik jelita itu, kedua prajurit penjaga memberi hormat dan membukakan pintu besi. Dibalik pintu besi hanya berupa ruang kosong. yang mana pada sudut ruang terdapat lorong seperti gua batu kecil yang di ujungnya terdapat sebuah pintu batu yang tebal. Pada kedua sisi pintu batu, juga terdapat dua orang prajurit wanita penjaga membawa tombak. Setelah pintu batu itu dibuka berhembus lah udara dingin yang menusuk badan.ternyata dibalik pintu batu merupakan sebuah gua es.

Wanita cantik itu melangkah masuk, diikuti Jaka Indi yang berjalan dibelakangnya. Saat berada didalam, terlihat seluruh dinding gua dan seluruh dinding ruang yang dilapisi es tebal. Udara jadi bertambah dingin. Sampai-sampai jaka indi merasakan tubuhnya mulai menggigil. Tertampak beberapa wanita dengan khidmat berdiri mengelilingi sosok tubuh yang berbaring di atas sebuah dipan yang terbuat dari susunan balok es.

Jaka Indi melihat, ada Dewi Nawang Sari dan Dewi Salasika, serta wanita bercadar dan berbusana serba hitam yang hanya berdiri diam, terdapat pula dua prajurit wanita yang berdiri dibelakang Dewi Salasika yang tampak berwajah pucat. Di atas dipan ternyata berbaring seorang pria dengan mantel biru panjang. Yang mengejutkan Jaka Indi ternyata pria tersebut adalah Pangeran Corwin dari kerajaan Bessara, yang dikenalnya dalam perjamuan makan malam bersama bunda ratu.

Jaka Indi seketika menghentikan langkahnya dan ikut mengamati Pangeran Corwin yang diam terbaring diatas balok es. "Mungkinkah pangeran Corwin sudah wafat?" Renung Jaka indi.

Sedang prajurit wanita yang cantik itu terus melangkahkan kakinya menuju Dewi Nawang Sari, lalu membisikan sesuatu ke telinga Dewi Nawang Sari, setelah itu langsung pergi keluar ruangan. Dewi Nawang Sari lantas menggapai dengan tangan kanannya kearah Jaka Indi. Jaka Indi melangkah maju menghampiri Dewi Nawang Sari,

"Ada apa eyang Dewi?" Tanya Jaka Indi santun.

"Sebelumnya kuperkenalkan dahulu Raden dengan yang hadir disini"

"Wanita bercadar hitam adalah Dewi Lintang, beliau merupakan satu dari sembilan pelindung kerajaan Suralaya,"

"Sedang Dewi Salasika, Raden sudah mengenalnya sebagai panglima perang kerajaan Suralaya, dua prajurit dibelakang Dewi Salasika adalah pengawal pribadi Dewi Salasika,"

"Sedangkan wanita yang menjemput Raden dan baru saja meninggalkan ruangan adalah Dewi Yuna yang merupakan putri bungsu Bunda Ratu dan juga merupakan tunangan Raden, yang kebetulan sekali tadi pagi saat matahari terbit, sudah pulang kembali dari petualangannya."

"Apa...!? Jadi wanita tadi adalah Dewi Yuna ,yang juga merupakan calon istrinya, mengapa tadi Dewi Yuna tidak memperkenalkan dirinya?" Pikir Jaka Indi dalam hati.

"Sebenarnya aku mau minta bantuan Raden, untuk ikut menyingkap sebab kematian Pangeran Corwin dan mencari tahu siapa pembunuhnya, karena saat di perjamuan Raden kulihat sempat bercakap-cakap dengan Pangeran Corwin, barangkali saja dari percakapan itu ada yang bisa dijadikan petunjuk." Ucap eyang Dewi Nawang Sari dengan sikap serius.

"Ouhhh...! Aku dengan Pangeran Corwin hanya berkenalan biasa, tidak ada pembicaraan yang khusus."

"Bagaimana kejadiaannya, sampai Pangeran Corwin bisa meninggal eyang Dewi?" Tanya Jaka Indi dengan rasa penasaran.

"Begini kejadiannya, menurut cerita prajurit yang akan menghantar Pangeran Corwin, sepulang dari perjamuan makan malam, saat Pangeran Corwin dipersilahkan naik keatas kereta, Pangeran Corwin hanya meminta seekor kuda unicorn, katanya ia dapat pulang sendiri ke paviliun Kaputran (Paviliun pria)."

"Tetapi tadi pagi sekitar jam 04.30 dini hari, dua orang prajurit menemukan tubuh Pangeran Corwin yang sudah menjadi mayat di Alas Purwa (hutan Purwa) yang tidak jauh dari Paviliun Kaputren (Paviliun wanita) suatu paviliun yang diperuntukan bagi para putri bangsawan, para peri wanita dan tamu wanita."

"Mengingat Pangeran Corwin adalah putra tunggal Raja Vova dari Kerajaan Bessara (kerajaan astral tertua dan terbesar di-wilayah utara), maka ini bisa menimbulkan persoalan yang besar dan menimbulkan masalah serius, bagi kerajaan Suralaya. bila sebab-sebab kematiannya tidak dapat dijelaskan, atau bila sebab kematiannya dilakukan oleh para peri dari negeri kami."

"Dewi Salasika ! Apa saja informasi yang sudah didapat sehubungan kematian Pangeran Corwin," Tanya Dewi Nawang Sari kepada Dewi Salasika.

"Pangeran Corwin diperkirakan telah meninggal pada sekitar jam 01.00 dinihari, ada beberapa rumput dan tanah serta embun air yang melekat pada pakaiannya, mungkin ini disebabkan pangeran jatuh dan terguling di rerumputan, anehnya tidak ada bekas luka apapun pada tubuhnya, baik luka karena senjata tajam atau memar karena pukulan. dan Pangeran Corwin meninggal dalam keadaan tersenyum."

Tutur Dewi Salasika sambil mengernyitkan keningnya. "Jelas ini bukan hal yang biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya." Lanjut Dewi Salasika.

"Adakah ada tanda keracunan pada tubuh Pangeran Corwin?" Tanya Jaka indi dengan tiba-tiba.

"Tidak ada, "Aku juga sudah memeriksa akan kemungkinan hal itu." Jawab Dewi Salasika.

"Bolehkah aku memeriksanya." Ujar jaka indi.

"Silahkan Raden." Jawab Dewi Salasika.

Jaka indi lantas maju mendekati tepi pembaringan dari jasad Pangeran Corwin, lalu memeriksanya dengan seksama, terlihat wajah pangeran Corwin masih terlihat segar dan nampak ia mati dalam keadaan tersenyum puas pada raut wajahnya.

Kemudian Jaka indi berkata, "Bisakah kalian semua membalikan badan sebentar, karena aku akan memeriksa seluruh tubuh Pangeran Corwin."

Berikutnya semua peri membalikan badannya, hanya Dewi Salasika yang tetap menatap kearah jasad Pangeran Corwin. Saat Jaka Indi menatap Dewi Salasika, Dewi Salasika berkata,
"Aku harus mengetahui semuanya dengan jelas, karena aku yang bertanggung jawab atas keamanan negeri Suralaya, jadi silahkan Raden melanjutkan pemeriksaan jasad Pangeran Corwin."

Jaka Indi mulai membuka seluruh pakaian Pangeran Corwin, hingga keadaan Pangeran Corwin dalam keadaan polos tanpa penutup apapun, terlihat tubuhnya yang kekar, dadanya yang bidang dan kulitnya yang berwarna putih kepucatan, tidak ada bekas luka, baik itu luka karena bekas sayatan, tusukan senjata tajam ataupun luka bekas pukulan, juga tidak terlihat tanda-tanda keracunan.

Keadaan tubuhnya terlihat normal, layaknya orang sehat yang sedang tertidur. "Sungguh aneh," Pikir jaka Indi.

Saat memeriksa lebih teliti tubuh Pangeran Corwin, akhirnya Jaka Indi menemukan sehelai rambut panjang pada tubuh Pangeran Corwin dan ada sisa sperma di pangkal paha tubuh Pangeran Corwin.

Kemudian dipanggilnya Dewi Salasika untuk melihat dari dekat keberadaan rambut dan sisa sperma yang ada di jasad tubuh Pangeran Corwin itu. Dewi Salasika mengambil sehelai rambut panjang yang didapat dan menyimpannya dalam tabung kaca kecil.

Setelah itu Jaka indi menutup jasad  Pangeran Corwin dengan kain putih panjang.

"Silahkan kalian, membalikan badan kembali," Kata Jaka Indi kepada mereka yang berada ditempat tersebut.

Jaka indi merenung dan berfikir sejenak. Ia coba mengingat-ngingat apa yang tertera dalam catatan kitab kecilnya perihal kematian yang diakibatkan karena melakukan hubungan badan.

"Begini, menurutku penyebab kematian Pangeran Corwin besar kemungkinan adalah karena seorang wanita, atau lebih tepatnya karena melakukan 'hubungan badan' dengan seorang wanita."

"Apakah karena berhubungan badan dengan peri dari bangsa kami ?"  Tanya Dewi Nawang Sari.

"Bukan...! Tapi karena melakukan hubungan badan dengan wanita dari jenis manusia."

"Maksudnya bagaimana Raden,...!? Apa wanita dari jenis manusia juga seperti wanita peri dari bangsa kami. Apa bisa dijelaskan lebih rinci.." Tanya Dewi Salasika menyela pembicaraan dengan rasa penasaran.

"Kalau kematiannya disebabkan oleh karena berhubungan badan dengan bangsa peri, atau makhluk astral, tentu kalian sudah lebih dahulu mengetahuinya. Kaum Pria yang mati karena berhubungan badan dengan bangsa peri, akan mengalami penyusutan tubuh karena terhisap hawa murninya dan berkurang sebagian darahnya, juga akan kehilangan seluruh energinya, Jadi akan tampak seperti tumbuhan segar yang tiba-tiba menjadi layu, lalu mati kekeringan."

"Tapi berbeda pada tubuh Pangeran Corwin, tidak terdapat tanda-tanda tersebut."

"Pangeran Corwin wafat masih dalam keadaan segar bugar, sama sekali tidak terlihat tanda kekurangan darah atau dalam keadaan lunglai, bahkan Pangeran Corwin wafat dalam keadaan tersenyum, dan ditambah bukti adanya ceceran sisa air mani pada tubuh Pangeran Corwin, Ini mengisyaratkan bahwa pangeran Corwin mati setelah melakukan hubungan badan dengan wanita dari kalangan manusia."

"Sebenarnya wanita yang bisa mengakibatkan kematian pasangannya karena hubungan badan sangatlah langka dikalangan manusia, hanya ada dalam hitungan jari."

"Wanita yang mengakibatkan kematian pada pasangan prianya karena hubungan badan dikenal dengan sebutan 'Bahu Laweyan', hanya saja wanita 'bahu laweyan' setelah berhubungan badan dengan pria, umumnya tidak akan mengakibatkan kematian seketika pada pasangannya, terkecuali untuk jenis wanita bahu laweyan tertentu." Terang Jaka Indi panjang lebar.

"Bisa dijelaskan lebih lanjut Raden..?" Ucap Dewi Salasika.

"Wanita bahu laweyan yang dapat mengakibatkan kematian seketika pada pasangannya disaat berhubungan badan, adalah wanita bahu laweyan yang diantara bawah pusar dan di atas kemaluannya terdapat simbol ular, gambar ular tersebut tidak terlihat atau hanya tampak samar bagi mereka yang awam, karena terletak di bawah lapisan kulit ari, tapi akan tampak jelas bila dilihat dengan ketajaman mata batin."

"Wanita bahu laweyan jenis ini akan memberikan kepuasan pasangan prianya saat berhubungan badan, tetapi setelah itu pasangannya akan mengalami kematian."

"Menurutku ciri ini persis seperti yang dialami oleh Pangeran Corwin."

[BERSAMBUNG]

close