"Untuk menyelidiki permasalahan ini lebih lanjut, maka hendaknya Dewi Salasika kumpulkan-lah para tamu wanita dari jenis manusia yang ada di negeri ini. kemudian lakukanlah pemeriksaan dengan teliti."
Selanjutnya Dewi Salasika dan wanita bercadar serta dewi Nawang Sari tampak berunding sejenak, kemudian wanita bercadar ikut maju memeriksa jasat Pangeran Corwin, telapak tangannya diletakkan di ubun-ubun kepala pangeran, juga di perut dan di telapak kaki pangeran Corwin.
Setelah itu diapun berkata, bahwa pangeran Corwin meninggal dengan tidak kehilangan darah dan hawa murninya. yang artinya kematian pangeran Corwin dipastikan bukan karena berhubungan badan dengan wanita dari kalangan peri. Kemudian Dewi Salasika memberikan instruksi pada pengawal pribadinya untuk mengumpulkan para tamu wanita dari jenis manusia yang ada di negeri Suralaya, agar dikumpulkan di ruang utama paviliun Kaputren, yang ditindaklanjuti kedua pengawal tersebut segera keluar ruangan untuk melaksanakan perintah.
Suasana masih dalam keadaan hening. "Mari... kita tinggalkan ruangan ini, untuk segera makan siang bersama di Istana," Kata Dewi Nawang Sari. memecah keheningan.
Dewi Salasika, dan wanita bercadar hitam, menghampiri Dewi Nawang Sari dan mohon ijin untuk tidak mengikuti jamuan makan siang, karena ingin menyelidiki kasus kematian Pangeran Corwin. Kemudian mereka sama-sama berjalan keluar. Sesampainya didepan gua es, Dewi Salasika beserta Dewi Lintang memisahkan diri dari Dewi Nawang sari. Sedang Jaka Indi mencoba mendekati Dewi Nawang Sari dan mengiringi berjalan disisinya. kemudian berkata perlahan pada Dewi Nawang Sari.
"Eyang Dewi, adakah disini makanan selain dari jenis buah-buahan?" Tanya jaka Indi.
"Disini kami para peri makan hanya dari jenis buah-buahan, bunga tertentu, madu, dan sayuran tertentu, tapi kalau Raden mau.., kami ada makanan sejenis bubur sarang burung walet, makanan tersebut adalah makanan kesukaan Dewi Yuna, dan Bunda Ratu."
"Boleh eyang Dewi, kalau bisa selanjutnya saya juga dikirimi bubur sarang burung walet. ke tempat peristirahatan saya di paviliun Kaputran. Dewi Nawang Sari menganggukkan kepalanya, sambil tetap berjalan menuju ruang makan istana.
"Eyang dewi, maaf ada hal yang ingin saya tanyakan?"
"Silahkan Raden." Kata Dewi Nawang Sari.
"Bagaimana Dewi Yuna bisa tahu bahwa saya adalah Jaka Indi saat menjemput saya di paviliun Keputran, bukankah sebelum ini, Dewi Yuna belum pernah melihat saya?"
"Itu mungkin dikarenakan, pertama tidak banyak kalangan manusia di negeri ini, jadi lebih mudah untuk mengenali Raden, kedua dikarenakan cincin giok yang raden kenakan, yaitu sepasang cincin pertunangan mempunyai daya tarik menarik yang unik , saat sepasang cincin tersebut berdekatan maka cincin tersebut akan menjadi berwarna hijau terang, dan pemakainya akan merasakan adanya getaran energi yang kuat, yang berusaha mendekatkan sepasang cincin tersebut. dan tentunya Dewi Yuna juga bisa mengenali Raden, dari cincin yang Raden kenakan."
"Ehmmmm.., Apakah karena cincin ini pula yang membuatku seperti orang linglung saat melihat Dewi Yuna." Gumam jaka indi dalam hati.
Tak lama sampailah mereka diruang perjamuan. Dewi nawang sari mempersilahkan Jaka Indi untuk mencuci tangan terlebih dahulu, diruang pancuran yang tak jauh dari ruang makan.Jaka Indi bukan hanya membersihkan tangan, tapi juga sekalian berwudhu mensucikan diri, sebagaimana yang biasa ia lakukan bila pulang dari takziah kematian ataupun ziarah kubur. Saat Jaka Indi berjalan ke meja jamuan, terlihat Bunda ratu dan beberapa putri bunda ratu serta kerabat istana ada dalam perjamuan makan siang tersebut. Dewi Nawang sari mempersilahkan Jaka Indi duduk disebelahnya, tak lama pelayan menghantarkan semangkuk bubur sarang burung walet kehadapan Jaka Indi.
"Silahkan Raden, makan apa yang raden sukai.., disini hanya ada orang sendiri.." Ujar Bunda Ratu.
Jaka indi memperhatikan mereka yang hadir pada Jamuan makan siang, terlihat tidak jauh dari Bunda ratu terdapat Dewi Yuna yang telah berganti pakaian dengan semacam gaun panjang warna hijau pupus yang dihiasi renda dan brokat warna emas pada sebagian leher dan pergelangan tangannya serta bagian bawah gaunnya. Rambutnya yang hitam lurus dibiarkan tergerai di bahunya. Kulitnya putih berkilau, tampak sangat cantik sekali.
"Hmmm.., pantes Pangeran Corwin sampai selalu terbayang akan kecantikan Dewi Yuna. Sungguh kecantikan yang tidak manusiawi (sudah bukan kecantikan manusia, melainkan kecantikan Dewi Khayangan)."
Kemudian Jaka indi melihat ke sebelah Dewi Yuna, juga hadir Dewi Sekar Arum, Dewi Ambarwati, dan Dewi Kirana. Tapi tidak tampak Dewi Kemala dan Dewi Rheena. Sedang Dewi Salasika tadi undur diri untuk menyelidiki kasus kematian Pangeran Corwin. Pada bangku lainnya terdapat wanita anggun berhijab dan berbusana serba putih. Sukma bocah wanita yang tubuhnya seperti diliputi nyala api juga tampak berdiri didekat jendela ruang makan, dengan pandangan menatap jauh keluar jendela.
Beberapa prajurit wanita dan dayang-dayang terlihat mengambil posisi jauh disudut sudut ruangan. Mereka semua makan minum dengan hening. Jaka Indi menghabiskan seluruh bubur sarang burung walet tersebut, yang kemudian ditutup dengan minum air kelapa muda.
Tiba-tiba Bunda Ratu memecah keheningan dengan berkata,
"Raden, Dewi Yuna sudah kembali dari perjalannya.. Aku merencanakan untuk menyegerakan waktu pernikahan Raden Jaka Indi dengan Dewi Yuna, Apakah Raden sudah siap untuk itu?"
"Iya Ratu bagaimana baiknya menurut bunda ratu saja," Jawab Jaka Indi kalem, sambil matanya melirik kearah Dewi Yuna, Terlihat Dewi Yuna bersikap tak acuh, dengan kepresidenan datar tanpa menunjukan suatu reaksi apapun.
"Selepas selesai makan siang ini saya akan menyelenggarakan pernikahan Raden Jaka indi dengan Dewi Yuna, secara internal kekeluargaan. Sedang pesta resepsi pernikahannya akan diatur menyusul pada lain kesempatan, apakah kalian semua setuju?" Cetus Bunda Ratu.
Jaka Indi sampai hampir tersedak oleh minuman air kelapa muda yang sedang diminumnya.
"Sekarang ini Bunda Ratu!?" Tanya Jaka indi untuk memastikan.
"Iya.., semakin cepat tentu akan semakin baik." Jawab bunda Ratu dengan tegas.
Lalu bunda ratu berdiri dan berjalan kearah ruang yang menyerupai mimbar yang tak jauh dari ruang jamuan makan siang, kemudian menggapai tangannya kepada Jaka Indi dan Dewi Yuna agar mendekatinya. Berikutnya dengan tangan kanan memegang tangan Jaka Indi dan tangan kiri memegang tangan Dewi Yuna, bunda Ratu membungkukkan badannya layaknya orang yang ruku, sambil berkata,
"Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi, Tuhan Penguasa sekalian alam, dengan ini saya nikahkan ananda Raden Jaka Indi dengan ananda Dewi Yuna." Hal itu dilakukannya sebanyak empat kali bersama Jaka indi dan Dewi Yuna, dengan menghadap ke empat penjuru yang berbeda.
Penghulu, wali nikah, saksi sepertinya dirangkap semua oleh Bunda Ratu selaku orang tua mempelai wanita.
Bahkan juga tidak ada mas kawin. "Ehmmm.., ternyata cukup seperti ini, menikah di negeri astral Suralaya." Renung Jaka Indi dalam hati.
Kemudian bersamaan selesainya upacara nikah, wanita berbusana putih-putih bangkit berjalan ke dekat bunda ratu dan melanjutkannya dengan memimpin doa dalam campuran bahasa jawa dan bahasa sansekerta yang tidak dimengerti oleh jaka Indi, hanya Jaka indi teringat ada kata,
"Dhuh Gusti ingkang maha suci lan maha wikan..." dan seterusnya. Sesudahnya seluruh keluarga dan kerabat Bunda Ratu memberi selamat pada Jaka indi dan Dewi Yuna. Dewi Kirana bahkan sudah mulai tersenyum kepada Jaka indi.
"Raden Jaka indi, mulai saat ini tinggallah di istana ini, di kamar Dewi Yuna, mengenai perlengkapanmu di paviliun Kaputran, biar nanti diambil dayang istana agar dipindahkan ke kamar Dewi Yuna." Ujar Bunda Ratu. Kembali Jaka Indi melirik kearah Dewi Yuna, terlihat Dewi Yuna masih bersikap dingin dan datar tanpa ekspresi apapun.
"Dewi Yuna ajaklah suamimu Jaka Indi berkeliling negeri ini agar ia mengerti dan mengenal keadaan lingkungan kerajaan Suralaya." Jelas Bunda Ratu pada Dewi Yuna.
"Baik Ibu," kata Dewi Yuna dengan santun dan hormat.
Sepeninggal Bunda Ratu dan semua yang hadir. Dewi Yuna berucap lirih,
"Raden aku baru tiba dari perjalanan jauh.., aku ingin istirahat dahulu. Kembalilah ketempat peristirahatan Raden, besok pagi aku akan menjemput Raden untuk memperkenalkan keadaan negeri ini."
"Baiklah Dewi Yuna, bisakah aku minta tolong di-hantar oleh salah satu prajurit ketempat peristirahatan-ku di Paviliun Kaputran," Pinta Jaka Indi.
Dewi Yuna kemudian memanggil prajurit wanita. Beberapa saat kemudian tampak kereta kencana, yang ditarik dua kuda unicorn telah siap di halaman istana. Dewi Yuna lantas membalikkan badan dan berjalan menuju bagian dalam istana masih dengan sikapnya yang tak acuh, dingin dan ekspresi yang datar. Jaka Indi hanya dapat menghela nafas dan bergumam dalam hatinya,
"Aiiih.., tidak ada seorang pria pun yang mengerti hati seorang wanita, jika seorang pria menyangka ia mengerti ia justru akan mendapatkan kesalahpahaman yang lebih mendalam.."
[BERSAMBUNG]