Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SUMUR PATI (Part 9) - Pocong Lik Diman


JEJAKMISTERI - "WHUAAAA...!!!" kaget, Pak Bambang sampai jatuh terjengkang kebelakang. Sialnya, pantat komandan polisi itu mendarat tepat diatas sebutir batu bulat sebesar jempol kaki yang tergeletak diatas jalanan beton, membuat rasa nyeri yang ia rasakan merambat sampai ke tulang ekornya.

"Arrgghhh...!!! Laki laki itu mengerang lirih. Senter di tangannya terlempar dan menggelinding jatuh kedalam kali. Praktis suasana menjadi gelap gulita. Namun begitu, sekilas tadi dari kilatan cahaya senternya, Pak Bambang masih sempat melihat dengan jelas sosok apa yang telah berhasil mengejutkannya itu. Ia beringsut mundur, lalu berusaha bangkit sambil tetap menatap ke arah sosok guling bungkus yang melayang beberapa meter di hadapannya itu.

"Tidak! Ini mustahil! Ini tidak mungkin!" Pak Bambang menodongkan senjatanya ke arah sosok yang masih melayang diam itu. Sosok yang sangat dikenalinya. Sosok tubuh laki laki yang terbungkus kain kafan dengan bagian kepala terpuntir ke belakang. Sosok pocong Lik Diman!

"Pergi! Jangan ganggu aku! Atau akan kutembak...!"

"Whussss...!!!" seolah merasa ditantang, sosok itu tiba tiba melesat cepat kedepan, menerjang Pak Bambang yang berdiri sambil mengacungkan pistolnya.

Pak Bambang mencoba berkelit untuk menghindar. Pocong atau bukan, ia tak mau sembarangan menembakkan pistolnya. Namun usahanya untuk menghindar sedikit terlambat. Meski tak terlalu telak, sosok pocong yang melesat cepat itu berhasil menyerempet bahu sebelah kirinya, membuat komandan polisi itu kembali terpelanting dan jatuh bergulingan.

"Brengsek!" sigap Pak Bambang lalu melompat bangkit dan memasang kuda kuda. Ini sudah bukan main main lagi. Makhluk itu sepertinya serius ingin mencelakainya. Ia harus melawan kalau tak mau mati konyol.

"Whuusss...!!!" makhluk itu kembali melesat menerjang ke arah Pak Bambang yang belum sempurna menyiapkan kuda kudanya.

"Bhuaaakkkk...!!!" alhasil, serangan si pocong sukses menghantam telak tubuh Pak Bambang, hingga tubuh laki laki itu kembali terpental dan jatuh terjengkang.

"Arrgghhh...!" lagi lagi Pak Bambang mengerang lirih, saat punggungnya menghantam keras sisi buk yang berada di pinggir jalan. Tulang punggungnya terasa remuk. Tapi laki laki itu tak mau menyerah begitu saja. Sambil berusaha bangkit kembali, ia mengokang pistolnya, lalu...

"Dorrrr...!!!" pistol itu menyalak. Timah panas melesat menerjang sosok pocong itu, tepat di bagian kepalanya, membuat sosok yang masih melayang layang itu tersentak kebelakang.

"Modyar kowe!" (mampus kau!) desis Pak Bambang sambil masih terus mengacungkan pistolnya.

Sosok pocong itu masih melayang layang, kali ini sambil memperdengarkan suara tawanya yang mengikik, seolah mengejek Pak Bambang yang melangkah tertatih tatih ke tengah jalan sambil menodongkan pistol ke arahnya.

"Khikhikhikhi...!!!" pocong Lik Diman melayang zig zag kekiri dan kekanan, menggoda Pak Bambang yang tengah membidik ke arahnya.

"Wedhus! Malah ngece!" (Kambing! Malah meledek!) kesal Pak Bambang kembali menembak. Peluru melesat dan mendarat tepat di dada makhluk itu, membuat si pocong kembali tersentak kebelakang.

"Grrooaarrrr...!!!" makhluk itu menggeram marah. Kedua matanya yang bolong menyala merah. Pak Bambang tercekat. Makhluk itu melesat.

Kali ini Pak Bambang tak sempat menghindar. Ia seperti terhipnotis. Diam terpaku menunggu serangan si pocong yang melesat cepat ke arahnya. Bahkan kedua tangannya yang memegang pistol kini terkulai di sisi tubuhnya. Kedua matanya melotot. Ia sadar, sadar sesadarnya, bahwa dirinya dalam bahaya. Tapi panca underanya seolah tak mau diajak kompromi. Jangankan untuk bergerak, untuk sekedar menggerakkan bibir dan berteriak minta tolongpun ia sudah tak mampu lagi. Hanya kedua matanya yang melotot menampakkan rona ketakutan yang teramat sangat, sampai akhirnya...

"Whuuuusss...!!!"

"Bhuaaakkkk...!!!"

"Whuaaaaa...!!!"

Akhirnya Pak Bambang bisa menjerit juga, saat pocong Lik Diman semakin mendekat ke arahnya. Kedua matanya yang tadi melotot kini terpejam, pasrah menanti serangan lawan karena sudah tak ada waktu lagi untuk sekedar menghindar atau melawan.

"Pengecut! Jangan kabur kau iblis laknat!"

"Eh?!" itu kan suara..., pelan Pak Bambang membuka matanya. Ia masih berdiri tegak di tengah jalanan. Tubuhnya masih utuh. Dan ia masih hidup.

Pak Bambang mendesah lega. Ekor matanya yang menangkap pergerakan sosok berbaju putih yang berlari ke arah kerimbunan ladang jagung, membuat kesadarannya pulih sepenuhnya. Pistol ia acungkan ke udara. Pelatuk ia tarik. Dan senjata itu menyalak, diiringi dengan suara teriakannya yang menggelegar.

"Jangan bergerak! Atau kutembak!"

Sosok yang tengah berlari itu seketika menghentikan langkahnya, sambil mengangkat kedua tangannya keatas. Pak Bambang pelan pelan mendekat ke arah sosok itu sambil menodongkan senjatanya.

"Diam di tempat! Jangan berani berbuat macam macam!" desis Pak Bambang.

"Bodoh!" sosok itu mendengus sambil membalikkan tubuhnya dengan kedua tangan masih terangkat ke atas. "Anda sukses memberi waktu makhluk itu untuk kabur Pak Komandan!"

"Eh?! Sampeyan kan...,"

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close