Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PATOK SEWU (Part 1)


JEJAKMISTERI - Kejadian ini terjadi pada tahun 1999. Hiduplah sebuah keluarga yang mana sangat kaya raya dan begelimang harta.

Keluarga tersebut dikepalai oleh seorang lelaki yang sangat angkuh dan juga sombong.

Pak broto, beliau adalah orang terpandang didesanya.

Pak broto memiliki sawah dan kebun yang sangat banyak. Bahkan hampir sebagian tanah didesanya itu miliknya.

“Pak, ini kopinya. Tadi ada pak lamin kesini.” Ucap istrinya yu ngatinah.

Ngatinah istri broto juga memiliki sikap yang angkuh dan sombong.

Pak broto yang mendengar perkataan istrinya lantas berjalan mendekatinya.

 “Lamin. Aku minta tolong ke dukun satu itu bu, katanya dia adalah dukun terkenal disini.

Aku mau mencoba untuk meminta tolong kepadanya, matok (menandai) kebunku agar dijaga, kalau bisa bukan Cuma pencuri, yang jalanpun biar kena sikat.

Semua orang tahu, bahwa itu wilayah broto tawanggaluh…” ucapnya jelas.

Istrinya yang mendengar hal tersebut ikut tersenyum dan merangkul pundak suaminya.

Terlihat perasaan bangga yang teramat dalam saat itu dalam dirinya. Seperti sebuah dendam kehormatan yang ngatinah dan broto pendam selama ini.

Terdengar suara teriakan laki-laki dari luar pagar rumahnya. “Kang… ! Kang.. ! Ayo jadi apa tidak ngasih patok dikebun.

Sajen (sesaji)-ku sudah siap. Tinggal nunggu aba-aba.” Ucap lamin menghampiri mereka.

“Kenapa bajumu compang-camping begitu ? Habis dari mana kamu ?” ucap broto heran.

Lamin hanya mendengus dan melirik sebal kepada broto.

Hingga saat lamin duduk, dia kemudian bercerita.

“Didesa tetangga, ada orang gila habis bertapa. Aku jajal saja ilmunya. Halaahhh, ternyata aku menandingi orang tolol.” Ucap lamin.

Broto hanya tersenyum dan menyodorkan beberapa cerutu kepada lamin.

“Dia yang tolol atau kamu saja yang payah ? Bajumu yang compang-camping.. Siapa dia ?” tanya broto penasaran.

Lamin hanya mendengus dan melempar senyuman sinis, memilih untuk tidak menjawabnya. Disaat broto dan lamin sedang asik berbicara, datang ngatinah membawa secangkir teh.. dan makanan diatas piring. “Mek onok unjukan iki kang min, lepet (makanan tradisional).. Monggo teh e. Iki teh enak, teko gucialit.” Ucap ngatinah dengan menaruh teh dan makanan ke meja. (Hanya ada suguhan ini mas min, lepet.. Monggo tehnya. Ini teh enak, dari gucialit.)

Kemudian mereka berdua melanjutkan perbincangan serius mengenai patok yang akan mereka pasang dikebun selatan. Nampaknya, hal itu memang benar-benar serius.

Dikarenakan patok itu bukan hanya sekedar patok biasa, melainkan patok yang dipasang untuk mencari tumbal.

Ternyata mereka saling tukar untung, broto meminta untuk lamin mengkunci beberapa kebunnya agar terhindar dari pencuri.

Sedangkan lamin membantu mengkunci kebun broto untuk bisa dijaga makhluk ghaib dan sekaligus memasanginya beberapa pendeman agar bisa mencari tumbal.

Tumbal tersebut digunakan untuk memperdalam ilmu dan kesaktiannya.

Akhirnya, setelah berunding dan mencari hari baik untuk memulainya.

Broto dan lamin berangkat ke tempat dimana kebun milik broto berada, yaitu disebelah selatan desa.

Mereka berangkat jam 12 malam tepat dimalam jumat. Jaman dahulu, kebun masih sangat amat wingit sekali.

Maklum, jaman dahulu masih banyak sekali alas (hutan) didaerah sini. Penunggupun tetap ada, bahkan masih sekelas dhanyang.

Malampun hanya diisi oleh suara jangkrik dan suara angin yang berdesis lembut ditelinga.

Lasim yang saat itu telah membawa dupa dan sesaji sudah siap untuk melakukan ritual.

Broto hanya mondar mandir sembari menghisap cerutu ditangannya.

“Sim, butuh waktu berapa lama agar ritual ini selesai ?” tanya broto cemas. Broto yang cemas hanya bisa mondar mandir dan menunggu lazim menyelesaikan ritual tersebut.

Lazim menoleh kearah broto yang berada dibelakangnya dan memberi isyarat dengan menggerakkan kepalanya agar broto mendekatinya. Kemudian broto paham dengan arahan yang dimaksud lasim.

Ayam hitam yang dia bawa saat itu dia ambil dan kemudian memotongnya diatas sesaji itu, darahpun keluar sangat banyak.

Darah itu diletakkannya dibatok kelapa dan melumurkan keatas patok dimana sudah diletakkan dibeberapa titik. Hingga tempat itu dinamakan patok sewu.

Mereka meninggalkan tempat itu kemudian kejadian janggal dimulai saat itu.

Kebetulan pagi itu, supali dan yatin hendak pergi ke sawah mereka, kebetulan sawah mereka sangat jauh sekali diarah selatan.

Untuk kesana harus menggunakan sepeda ontel. Mungkin, jika waktu bisa diputar ulang.

Supali dan yatin tidak akan melewati jalan itu, namun takdir berjalan dengan kehendaknya.
[BERSAMBUNG]

*****
Selanjutnya

close