Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PESUGIHAN KELUARGA NINGRAT "NGIPRI KETHEK" (Part 13) - Tragedi Pabrik Bawang


Bagian 13 - Tragedi Pabrik Bawang

Malam itu ibu hanya bisa termenung sembari bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Dia masih memikirkan akan perkataan mbak neneng yang dinilai sangat aneh dan tidak masuk akal.

Melebih itu, bapakku yang tiba tepat di tengah malam terkejut saat melihat ibuku masih berada di dalam kamar sembari tertunduk lesu.
‘’Bu? Ada apa?’’

‘’Mereka mengetahui keberadaan kita pak.’’

Bapak hanya terdiam. Wajahnya benar-benar sedikit memucat ketika mendapati berita semacam itu yang dilontarkan oleh ibuku.
‘’Kita harus bagaimana pak?’’

Bapak pun menatap wajah ibuku dengan tatapan yang tidak biasa.

Tampaknya, apa yang memang bapak pikirkan selama ini benar-benar menjadi nyata.
‘’Aku baru saja bertemu dengan kang waris. Dia memberitahuku terkait apa yang akan terjadi selama berbulan-bulan ini.’’ Jelas bapak.

‘’Maksud bapak? Kedatangan mbak neneng memang memiliki maksud tertentu?’’

‘’Sepertinya mbak neneng akan menjadi pion terakhir yang dimiliki oleh keluarga ningrat.’’
Bapak kemudian menyuruh ibuku untuk masuk ke dalam kamar dan membiarkan masalah itu berlalu.

Malam itu bapak terjaga seharian untuk memastikan jika ibuku dan juga mas rahardian dalam keadaan baik-baik saja.
Menimpali semua yang sudah terjadi, keluarga ningrat akan memiliki langkah baru agar dirinya bisa mendapatkan setiap dari keturunannya yang memang melarikan diri.

Pagi itu terdengar huru-hara di setiap tempat.
Sebuah pabrik yang berdiri tegap dan tampak megah dari luaran, ternyata mendapati sebuah masalah yang sangat besar.

Sebanyak 5 orang karyawan meninggal dunia tanpa sebab. Mereka yang memang berada di tempat kejadian tidak menyangka jika teman-temannya yang menjadi korban adalah orang-orang terdekat dari raden angkoro sendiri.

‘’Bu! Ibu!’’ Teriak bapak.

‘’Ada apa pak?’’
Bapak pun segera menarik tangan ibuku untuk membaca sebuah berita yang baru muncul di surat kabar.

‘’Ini? Bukannya pemiliknya adalah…‘’

‘’Raden angkoro?’’
Sementara itu, jalanan tempat di sekitaran pabrik bawang benar-benar dipadati oleh banyak orang dan juga wartawan.
Mereka semua berduyun-duyun untuk mengetahui misteri yang tersimpan dari pabrik yang sudah berdiri selama puluhan tahun tersebut.

Selain itu  juga banyak warga yang penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dari kematian 5 karyawan yang meninggal secara mendadak. Pasalnya, dari salah satu kelima korban tersebut, ada seseorang yang sangat berpengaruh.

Dia bernama haji dullah. Para warga sangat tidak asing dengan nama haji dullah. Dia merupakan satu-satunya orang yang memiliki sifat kedermawanan yang tinggi.
Tidak heran, jika kematian haji dullah memberikan luka bagi warga yang ada di sekitaran pabrik tersebut.

Para warga merasakan akan hal-hal yang positif selama haji dullah mengepalai pabrik tersebut.
Bapak pun segera mencari informasi. Dia sengaja berangkat sendirian untuk memastikan apa sebenarnya yang disembunyikan dari raden angkoro.

Pikiran bapakku saat itu kelimanya adalah korban dari tumbal yang memang sedang dijalankan oleh raden angkoro.
Katanya, dengan mengambil dua korban pertama, dia akan mudah mendapatkan korban selanjutnya dengan cara apapun.

Di tengah perjalanan, bapak menemui kang waris. Entah mengapa, kang waris tiba-tiba saja tahu akan apa yang memang sedang terjadi.
Seperti sebelum-sebelumnya, kang waris mengetahui tiap konflik yang terjadi akibat ulah dari raden angkoro ataupun keluarga ningrat lainnya.

‘’Kang… pabrik itu…‘’

‘’Aku tahu. Tapi sebelum itu, ada seseorang yang akan kita datangi terlebih dahulu.’’

‘’Siapa kang?’’

Kang waris pun mengajak bapakku ke sebuah dusun yang jaraknya tidak jauh dari lokasi pabrik tersebut.
Ia bermaksud menemui seseorang yang selamat saat tragedi pabrik bawang itu bermula.

‘’Kau tahu? Kelima korban itu tidak meninggal secara tiba-tiba…‘’ Jelas kang waris.

‘’Maksud kang waris?” Tanya bapak.

‘’Kita akan menemui seseorang yang bernama cipto. Dia adalah salah satu karyawan yang selamat. Sebenarnya, ada 6 orang yang saat itu diinterogasi oleh raden angkoro.’’

‘’Interogasi?’’
Kang waris hanya mengangguk.
Dari kang waris, bapak akhirnya mendapatkan gambaran terbaru tentang apa yang memang terjadi saat itu.

Jika ke-6 korbannya diinterogasi, kemungkinan besar ada beberapa kesepakatan yang memang harus mereka sepakati.
Dengan begitu, jika salah satunya berhasil dan selamat dengan tenang, itu artinya kelima korban adalah termasuk karyawan yang tidak patuh akan kesepakatan tersebut.

Setibanya di depan rumah cipto, kang waris menatap pintu rumah dengan tatapan yang tajam. Ia seperti merasakan ada sesuatu yang aneh yang dihasilkan dari dalam rumah tersebut.
‘’Cipto merasa bersalah. Makanya, dia tidak mau keluar dari rumahnya.’’

Kang waris pun mengetuk pintu sembari mengucapkan salam. Berharap mas cipto mau membukakan pintu untuk keduanya.

Akan tetapi sudah tiga kali ketukan, tidak ada jawaban sama sekali. Kang waris pun akhirnya memutari rumah mas cipto selama 7 kali sembari membacakan sebuah bacaan khusus.

Bacaan itu dikenal sebagai sebuah ajian yang nantinya akan membuat penghuni keluar dari tempat persembunyiannya.
‘’Sebentar lagi dia akan keluar…‘’

Dan benar saja. Tidak lama kemudian seseorang membukakan pintu dengan wajah tertunduk seperti sedang menghindari sesuatu.
‘’Si-siapa kalian berdua?’’

Bapak dengan cepat langsung masuk ke dalam dan menarik tangan mas cipto. Kang waris mengetahui apa yang direncanakan oleh bapak. Ia pun segera menutup pintu dan menguncinya dengan rapat. Dengan begitu, rahasia terkait dengan tragedi pabrik bawang akan terbongkar dengan lebar.

Sementara itu…
‘’Jangan ada yang melewati garis polisi! Ini area terlarang! Jangan mendekat!’’

‘’Haji dullah! Kami belum menerima kematiannya!’’

Para wartawan terus mendesak masuk untuk mendapatkan informasi yang ia butuhkan. Begitu juga para warga yang terus mendorong-dorong aparat umum agar bisa melihat jasad dari haji dullah yang masih tergeletak di salah satu ruangan bersamaan dengan keempat korban lainnya.

Namun..

‘’Mengapa kalian mendatangiku? Aku tidak terlibat dengan kasus kematian mereka!’’ Ucap mas cipto dengan tegas.
Bapak dan kang waris pun mencoba menenangkan keadaan. Di ruangan yang sedikit redup dan kurangnya ventilasi udara, bapak pun meminta kepada mas cipto untuk terduduk sejenak sembari mengobrol santai terkait apa yang ingin menjadi pembahasan.

‘’Duduklah mas. Kami orang-orang biasa!” Ucap bapak kepada mas cipto.
Namun mas cipto menolak akan hal itu. Ia terus berdiri sembari mengacungkan jari telunjuknya ke arah bapak dan juga kang waris.

‘’Kalian bukan orang biasa! Kalian masih ada hubungannya dengan pemilik jahanam pabrik itu kan?’’ Tanya mas cipto.

‘’Siapa orang yang kau maksud?’’

Bapak mencoba untuk memancing apa yang baru saja mas cipto katakan. Sepertinya, mas cipto benar-benar kelewatan sampai-sampai dirinya mengatakan hal yang bersifat rahasia.
Mas cipto pun akhirnya merendahkan diri. Ia terduduk di sebuah sofa sembari memegangi kepalanya.

‘’Aku…‘’ Ucapnya dengan nada penyesalan.

‘’Aku tahu. Ini bukan keinginanmu.’’ Jelas kang waris kepada mas cipto.

‘’Aku dipaksa melakukan hal ini. Dia (pemiilik pabrik) memaksaku untuk mengikutinya.’’

‘’Siapa yang kau maksud?’’ Pancing bapak.

‘’Raden angkoro! Dia melakukan sebuah ritual pada malam itu. Aku dan kelima orang karyawan lainnya benar-benar diinterogasi habis-habisan karena kami berenam-lah orang terdekatnya.’’

Mengetahui hal itu, bapak pun sedikit terkejut. Bapak langsung menghadapkan wajahnya ke arah kang waris yang sedari tadi terdiam sembari memandang wajah mas cipto dengan tatapan yang penuh penasaran.
‘’Jelaskan lebih rinci apa ritualnya.’’

Mas cipto pun terdiam. Dia seperti menolak dengan apa yang kang waris katakan.

‘’Aku tidak bisa katakan hal itu.’’ Jelas mas cipto.
Kang waris menundukkan kepalanya. Lalu tangannya menunjuk ke arah mas cipto seperti memberikan ancaman.

‘’Kau tahu kan? Apa yang membuatmu menjadi longgar hingga kedua tanganmu secara reflek membukakan pintu rumahmu?’’
Tiba-tiba tatapan kang waris berubah menjadi sangat tajam Ia langsung membacakan sebuah mantra khusus yang bertujuan untuk menundukkan lawannya.

Bersamaan dengan itu, hal yang mengejutkan pun terjadi kepada mas cipto. Dia berteriak ketakutan seperti ada sesuatu yang menghantui pikirannya.
‘’Kang? Ada apa?’’

‘’Aku sengaja mengendalikan pikirannya agar dia mau membongkar lebih dalam terkait tragedi pabrik bawang itu.’’

Mas cipto pun kembali memegangi kepalanya. Ia seperti merasa tertekan dengan apa yang telah kang waris tanam terhadap pikirannya.

‘’Bongkar tragedi itu atau kau akan tenggelam dalam ketakutan itu sendiri!’’

‘’Baik! Baik! Aku akan membongkarnya!’’
Kang waris pun kembali menggenggam tangannya sembari menunggu apa yang ingin dikatakan oleh mas cipto.

‘’Ritual itu sangat mengerikan. Mereka yang tidak menuruti permintaan dari raden angkoro akan disuruh bertelanjang bulat sembari memukul-mukuli kepalanya ke lantai. Lalu tidak lama kemudian, dia datang…‘’

‘’Dia? Siapa?’’ Tanya bapak.

‘’Sosok siluman rojo kethek. Begitulah yang dikatakan oleh raden angkoro.’’
Kang waris pun langsung menghentikan pembahasan itu. Tiba-tiba kepala dari mas cipto seperti ditusuk-tusuk oleh sesuatu.

‘’Ada apa kang?’’ Tanya bapak.

‘’Ada orang lain di balik tragedi ini.’’ Jelas kang waris.

‘’Siapa?’’

Mas cipto pun berteriak kesakitan sembari memegangi kepalanya. Sepertinya, kasus yang sama akan terjadi ketika seseorang membeberkan rahasia yang telah diketahuinya ketika raden angkoro sendiri menjadi pelaku dari hal ini.

Sama seperti mbak ina, mas cipto pun ditanam sesuatu oleh raden angkoro. Siapapun orangnya yang memang ingin membongkar lebih dalam rahasia dari ritual atau praktek pesugihan yang dilakukan oleh raden angkoro, dia akan terkena imbasnya.

‘’Kang! Tolong hentikan! Dia mulai memukul-mukuli kepalanya sendiri!”

‘’Ambilkan aku air. Lalu isikan dengan garam!”
Bapak pun dengan cepat berlari ke arah dapur. Dia segera mencari air dan juga garam yang berada di dapur tersebut.

Namun saat dimana bapak ingin mengambil garam, tiba-tiba di hadapan bapak sudah muncul jin kala ireng seperti yang pernah dilihatnya di rumah keluarga ningrat. Jin kala ireng itu muncul bersamaan dengan rasa sakit yang dirasakan oleh mas cipto.

‘’Apa maumu?’’ Tanya bapak sembari meremas-remas garam yang sudah ia pegang.
Jin kala ireng itu kemudian berbalik arah dan menghilang sembari menembus tembok.

Sepertinya dia akan memberikan sinyal kepada raden angkoro terkait apa yang baru saja terjadi dengan orang yang menjadi tawanannya itu yang tidak lain adalah mas cipto.

Bapak pun segera berlari ke arah ruangan depan. Ia kemudian memberikan air dan juga garam seperti apa yang diminta oleh kang waris.
‘’Kenapa lama sekali?’’ Tanya kang waris.

‘’Jin kala ireng. Baru saja dia muncul di dapur.’’

‘’Sialan! Rencana kita ketahuan!”
Kang waris pun segera menaburkan garam itu ke dalam gelas. Lalu ia menyipratkan ke bagian kepala mas cipto.
Tidak lama kemudian mas cipto pingsan dan terbujur kaku di sofa.

‘’Apa langkah kita selanjutnya kang?’’

‘’Raden angkoro tidak bekerja sendirian. Ada pihak lain yang memang sedang merencanakan rencana besar bersamanya.’’

‘’Makusd kang waris? Raden angkoro memang melakukan ini karena sebuah tujuan?’’ Tanya bapak.

‘’Benar. Tujuannya sangat besar. Dengan besarnya tujuan maka orang yang berada di belakang kang waris termasuk orang besar.’’

Bapak pun kemudian berpikir. Dia seperti mengetahui siapa orang yang dimaksud dengan oleh kang waris.
‘’Jika memang raden angkoro bersama dengan orang besar, berarti orang tersebut adalah orang yang bisa melindungi kang waris dari kasus besar ini dan menutupinya.’’ Jelas bapak.

‘’Kamu tahu siapa orang itu?’’ Tanya kang waris.

‘’Aku pernah menemuinya.’’

‘’Siapa?’’

‘’Dia bagian dari orang-orang yang disebut dengan welut (belut).’’

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close