Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TITIK BALIK - JAMBAL IRENG (Part 3)


Aku pasang kuda-kuda sejengkal telapak kaki beringsut mundur, bola mata liar mengawasi sekitar serentak beberapa anak buah Jambal Ireng maju untuk mengurung dengan bersenjatakan tombak juga pedang, lidah yang bercabang dengan bola mata hitam menatap bengis.

"Tarik pasukan-mu Jambal Ireng ini urusan kita, bukan urusan anak manusia itu..." sebuah seruan terdengar nyaring memecah keheningan, seiring berkelebatnya satu bayangan putih.

Sesaat Jambal Ireng mengalihkan pandangan pada sosok putih yang berkelebat datang, bola matanya terbelalak dan setengah berseru saat mengenal siapa yang datang...

"Datuk putih....!!!" seru Jambal Ireng.

"Apa lagi yang kamu tunggu Jambal... tarik pasukanmu dan biarkan anak manusia itu pergi" ucap kakek berselempang kain putih yang tiada lain Datuk Putih

"Sebelum aku menarik pasukanku, apa hubungan datuk dengan anak manusia dihadapanku ini juga dengan manusia yang telah menginjak anak dari raja kami.." ujar Jambal Ireng.

"Semua terjadi atas kehendak Ilahi.. manusia terbatas dalam pandangan, tidak seperti bangsa kita yang mampu melihat bangsa mereka, bukankah anak manusia ini telah meminta kepadamu untuk memaafkan kesalahan dari bangsanya, aku tidak punya hubungan dengan manusia yang kini berada dihadapanmu, tapi aku tidak akan pernah membiarkan suami dari cucuku, yang akan kamu ambil dan kamu bawa sebagai pengganti nyawa anak dari Rajamu.. apalagi yang kamu tunggu Jambal..." balas Datuk Putih sambil membenahi selempang kain putihnya.

"Nama besar Datuk Putih cukup harum didunia lelembut, tapi aku lebih patuh pada Rajaku dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyingkirkan orang yang hendak membebaskan anak manusia yang akan aku bawa, termasuk dirimu.. datuk." lantang suara Jambal Ireng sambil mengarahkan telunjuknya kearah Datuk Putih.

Datuk putih sesaat terdiam, matanya menatap langit, angin berhembus dingin seakan membawa kabar akan sebuah kematian, dipalingkannya wajah yang penuh dengan kewibawaan kearahku seraya berkata,

"Pulanglah.. Nak, ini bukan duniamu, biarkan ini menjadi urusan kakek, sebagai leluhur dari Dea sahabatmu, jangan sampai engkau bertempur dengan mereka, ini tanah mereka, ini wilayah kekuasaan mereka, dan mereka sangat kuat saat berada ditanah kekuasaannya, atau menepilah, biarkan ini menjadi urusan kakek.." lembut suara Datuk Putih terdengar.

"Baiklah Datuk.." jawabku sambil mundur dan menepi menjauhi tubuh Datuk Putih.

Prajurit dari pasukan siluman ular kini mengurung Datuk Putih, terlihat Jambal ireng berkacak pinggang, suara desisan dan bau amis menyelimuti, aroma kematian mulai tercium ketika sebuah teriakan menggema,

"Serang..." teriak Jambal Ireng.

Puluhan prajurit siluman ular serentak maju untuk menyerang Datuk putih, Datuk Putih tiba-tiba merapatkan kedua telapak tangannya, dan asap putih membungkus tubuhnya lalu suara geraman dan Auman yang dashyat terdengar memecah gendang telinga, asap putih perlahan memudar, satu sosok harimau dengan belang putih dan terlihat sangat besar mengaum, sontak tubuh prajurit siluman ular terpental.

"Hmmmm... Datuk putih adalah sosok harimau Andalas.." batinku.

"Dari tadi harimau hutan Sancang ingin keluar, kenapa kamu menahannya?" suara Datuk Putih jelas terdengar.

"Maaf Datuk dari tadi Wangsa sudah mengabari kalau aku tengah bertemu dengan salah satu Harimau Andalas.. Salam taqdim Datuk.." suara batinku membalas.

Auman dari harimau putih mampu membuat pasukan siluman ular terpental, tentu hal ini membuat Jambal Ireng terperangah dan segera mengambil sikap dengan merapal mantra dan terpejam.

"Wussss....." ludah dari Jambal Ireng menyerang dan mengarah ke tubuh Datuk Putih, dengan sedikit gerakan Datuk putih berpindah tempat, mengelak.

"Blarrr....." ludah dari Jambal Ireng mengenai sebongkah batu besar hingga hancur lebur.

Serangan ludah berikutnya disambut Auman dari datuk putih, tak ayal dua kekuatan beradu menimbulkan sebuah dentuman dahsyat..

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close