Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MATA BATIN ARYA (Part 3) - Semakin Peka

Setelah pertemuanku dengan sosok jin yang mengaku Kuntilanak Hitam itu, aku sudah nggak memikirkannya lagi. Bahkan aku sampai lupa pernah bertemu dengannya, karena aku memang orang yang tidak memikirkan suatu hal dengan mendalam.


Ada semacam suasana baru yang terjadi di kampungku. Aku merasakan kampungku seakan-akan jadi jauh lebih ramai, banyak orang berlalu-lalang di jalan depan rumah. Kenapa jadi ramai begini? Pada kemana itu orang kok pada  mondar-mandir? Begitu pikirku. 

Tapi waktu kulihat sekilas, wajah mereka nggak ada yang kukenal, sepertinya bukan orang kampung sini. Mungkinkah ada orang yang pindah dan menetap di kampung ini? Tapi kenapa banyak begitu? Makin kupikirkan, makin penasaran. Dari pada bertambah penasaran, maka kucoba bertanya.

Suatu sore di jalan depan rumahku, di antara orang lalu lalang, ada orang tua berjalan dengan susah payah, bajunya lusuh dan dekil, penampilannya mirip pengemis compang-camping. mungkin usianya 80 tahunan karena jalannya sudah susah. Kudekati dia dan mencoba bertanya.

"Mau kemana mbah?" sapaku sekedar berbasa-basi.

Seperti tidak mendengar, orangtua itu diam aja sambil terus berjalan. Maka kusapa lagi..

"Mbah…!"

Belum selesai sapaanku orang tua itu sudah berhenti dan menoleh ke arahku, dan akupun terkejut sekali. Wajah itu, bukanlah wajah manusia. Sekilas memang mirip sama wajah orang tua biasa, tapi beda dengan wajah manusia, sangat susah untuk mendeskripsikannya. Lalu kulihat matanya. Pandangan matanya kosong. Tidak ada cahaya sama sekali, beda banget dengan mata manusia!

Lalu kulihat ke sekeliling, ke arah orang-orang yang lalu lalang itu, ternyata pandangan mata mereka sama, kosong semua! Dari situlah aku baru sadar kalau mereka bukanlah manusia, mereka semua adalah jin! Tapi kenapa bisa banyak banget begini? Di sore hari pula! Si mbah yang ku ajak bicara tadi pun tau-tau udah nggak ada lagi.

Aku terhenyak, terduduk di tanah halaman rumah. Banyak pertanyaan di kepalaku. Kenapa aku sekarang bisa melihat mereka semua? Di siang bolong begini pula! Biasanya aku melihat cuma 1-2 makhluk. Ini kenapa bisa langsung banyak begini? Lalu aku teringat pertemuanku dengan Salma, makhluk yang mengaku kuntilanak hitam itu. Dia bilang kelebihanku akan semakin kuat setelah aku bertemu dengannya. Apakah ini yang dia maksud.

Aku masuk ke rumah dan duduk di kursi ruang tamu. Sepertinya ada yang janggal, dan setelah kupikir-pikir, aku baru sadar kalau ternyata di dalam rumahku sepi dari makhluk-makhluk halus, padahal di jalan depan rumah dan di sekitar rumah itu banyak sekali.

Seingatku, sejak kecil dulu aku nggak pernah melihat satu pun sosok makhluk halus didalam rumahku, seperti yang sering kulihat waktu berada diluar rumah. Kenapa didalam rumah bisa "bersih" begini? Tapi untuk apa memikirkan hal nggak penting seperti itu, pikirku.

Sekarang baru aku tau kalau makhluk halus itu di siang hari yang terang pun tetap ada. Mereka juga beraktivitas seperti manusia. Bekerja, punya rumah, punya anak istri. Aku bingung dengan apa yang kurasa, heran, takjub. Seakan suatu dunia baru, alam lain, terbentang di hadapanku. Alam yang terasa sangat asing. Alam lain yang dulunya kulihat samar-samar, sekarang terlihat jelas.

Malam harinya sehabis sholat isya, aku duduk-duduk sendirian di depan rumah. Kulihat jalan depan rumah sepi, nggak ada makhluk yang lewat. Apalagi orang lewat, sama sekali nggak ada. Aku heran, biasanya jalan ini ramai oleh makhluk-makhluk halus, sekarang jadi sepi.

Tiba-tiba saja kulihat nyala api kecil di jalan sebelah kiriku, aku pikir itu adalah tetangga yang membawa obor. Orangnya tidak kelihatan, tertutup pagar rumah. Aku menunggu dia lewat. Hari 'gini masih pake obor, mbok ya pakai senter biar praktis,  pikirku.

Nyala api itu semakin dekat, berhenti di depan rumahku, baru aku sadar kalau orangnya tidak ada, bahkan batang pegangan obor pun nggak ada, cuma nyala api sebesar bola tenis melayang di udara, di atas jalan depan rumahku! 

Perlahan-lahan, api itu membesar, terus membesar, kemudian mulai tampak wujud kepala, lalu badan, tangan dan akhirnya kaki. Kini nyala api itu berbentuk seperti manusia utuh yang berkobar api, manusia api!

Tanpa kuduga, makhluk api itu melesat sangat cepat ke arahku. Aku  terkejut besar, tanpa sadar aku berteriak mengucap istighfar, lalu aku berusaha lari menghindar, tapi sebelum makhluk itu melewati pagar rumahku, mendadak saja ada kelebat kain panjang berwarna hitam, melesat menabrak makhluk api itu, terdengar ledakan kecil saat mereka bertabrakan. 

Makhluk api terpental jauh dan balik lagi ke arah dia datang.  Kain hitam itu melesat mengejar makhluk api, seakan terus memburunya. Kembali mereka bertabrakan dengan ledakan kecil. Makhluk api itu terpental lagi, beberapa kali terjadi tabrakan dan ledakan, hingga akhirnya makhluk api itu menghilang tiba-tiba.

Aku terbengong-bengong menyaksikan semua itu, seperti mimpi saja bisa melihat hal kayak gitu. Mendadak saja kain hitam itu melesat ke arahku, reflek aku menghindar serabutan. Tapi ternyata kain itu berhenti di depanku, berdiri memanjang dari  atas ke bawah. Lalu kain itu perlahan berubah menjadi wujud manusia. 

Ternyata dia adalah seorang gadis, cantik sekali, memakai gaun hitam panjang. Rambut lurus tergerai panjang dan hitam. Kulit putih, hidung mancung, alis tebal, bibir tipis. Matanya menyala dalam gelap. Kalau sekarang, bisa kudeskripsikan wajahnya seperti gadis dari Timur Tengah. Usianya mungkin sekitar 18-20 tahunan. Belum pernah aku melihat wajah itu, tapi kemudian aku ingat kalo dia adalah bangsa jin.

"Kita bertemu lagi, Arya," sapa makhluk itu.

"Siapa kamu? Tau namaku dari mana!" sahutku. "Kalau kamu berniat mengganggu, lebih baik pergi dari sini!"

"Masak kamu lupa sama aku? Aku, Salma."

Aku berusaha mengingat-ingat. Salma... aahh... iya, aku baru ingat, dia adalah kuntilanak hitam berwajah putih menyeramkan yang pernah menemuiku dulu. Auranya pun sama, berubah-ubah panas dan dingin, hitam dan putih.

Penampilannya sungguh berbeda dari dulunya yang seram luar biasa. Tapi wujudnya yang sekarang malah jauh lebih enak dipandang. Nggak nyangka ternyata dia mengikutiku sampai sekarang. Kukira itu cuma pertemuan 1 kali saja, sesudah itu dia akan pergi, ternyata tidak.

"Salma? Beneran, ini kamu?" tanyaku keheranan.

"Iya, ini aku…," jawab makhluk yang mengaku bernama Salma itu.

"Tapi  kenapa wujudmu bisa berubah seperti ini? Kamu sekarang jadi….. cantik…," kataku dengan polosnya.

Salma tertawa, "kamu lupa ya, aku ini jin, aku bisa merubah wujud jadi apa saja...."

"Iya juga ya, kamu kan jin... Jadi, kain hitam tadi...? Makhluk api tadi…," tanyaku bingung.

"Aku sudah pernah bilang, aku akan terus berada di sekitarmu… aku akan datang ketika kamu dalam bahaya, seperti tadi."

"Tapi aku nggak minta bantuanmu, karena ada yang jauh lebih hebat yang akan membantuku, yaitu Tuhanku…," tukasku.

"Aku percaya itu. Tapi Ini inisiatifku sendiri untuk membantumu…," kata Salma. Dia melayang mendekat ke arahku. 

Tanpa sadar aku mundur menjauhinya. "Jangan dekat-dekat!" teriakku.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu…," Salma berhenti dan mengambang di atas pagar. 

"Kamu mau ngapain?" tanyaku curiga.

"Aku ke sini juga untuk mengusir makhluk-makhluk halus di sekitar sini yang sering usil menampakkan diri. Kamu sekarang bisa melihat mereka semua dengan jelas, aku kuatir kalau kamu terganggu, jadi aku usir aja semua." 

"Jadi jalanan jadi sepi dan bersih dari makhluk-makhluk itu karena kamu?" tanyaku

"Iya, biar kamu nggak merasa terganggu."

"Ya sudah, terserahlah…," kataku akhirnya.

"Di mana cincin yang aku beri dulu? Kok nggak kamu pake?"

Baru aku ingat soal cincin itu. "Ada di sakuku, belum aku pakai," 

Kurogoh saku celanaku dan mengeluarkan cincin itu.

"Ya sudah, yang penting jangan kau buang...."

"Apa, sih, pentingnya? Cuma cincin kayak gini. Walaupun bagus sih...." ujarku. 

Memang aku benar-benar nggak ngerti soal cincin kayak gitu. Yang kutahu, cincin itu bagus sekali.

"Cincin itu adalah penghubungku dengan kamu. Kalau kamu membawa terus cincin itu, maka aku akan tahu di mana pun kamu berada. Kalau kamu mau, kamu bisa memanggilku sewaktu-waktu, aku pasti datang, ya karena cincin itu." jelas Salma. "Melalui cincin itu, aku juga bisa tau kalau kau sedang dalam bahaya.

Bertahun-tahun membawa cincin itu, baru aku tau kalau benda itu punya banyak fungsinya.

Salma menambahkan.  "Sebenarnya masih banyak kegunaan cincin itu, tapi aku tau kamu nggak mungkin menggunakannya."

"Emang apa kegunaan lainnya?" tanyaku.

"Nanti kamu akan tahu sendiri." jawabnya.

Aneh banget ini jin, dulu bilangnya itu adalah cincin biasa, terus tadi ngasih tau ada kegunaan lain cincin itu. Sekarang nggak mau ngasih tau apa kegunaannya. Sampai saat itu aku masih bingung, kenapa ini jin mengikutiku sampai sejauh ini? Dan tadi juga sempat membantuku. Padahal dulu aku melarang dia mengikuti aku. Lalu mendadak saja terdengar suara ayah mengagetkanku.

"Ngapain kamu duduk di tanah di tengah halaman kayak gitu?" kata ayah, entah sejak kapan dia berdiri di ambang pintu.

Aku cuma cengengesan. "Hehe.. Lagi ngadem Yah…," jawabku cengengesan. Kutoleh lagi ke arah Salma, tapi ternyata dia sudah tidak ada lagi disana.

"Masuk rumah sana, dah malam... cepet tidur…," kata ayah.

"Iya, Yah…," jawabku.

Aku masuk rumah, terus ke kamar dan bersiap tidur, tapi kemunculan Salma tadi, mau nggak mau membuat aku mikir, apakah dia akan mengikutiku terus? Apa dia juga akan membantu terus ketika aku dalam bahaya? Terus apa tujuannya? Apa keuntungannya? Lha kenapa aku malah mikir sejauh itu? Ah, sudahlah, Lebih baik tidur saja.

BERSAMBUNG
close