Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

GEGER MUSTIKA (Part 9) - Pengkhianatan

Lanjutan kisah hidup seorang manusia dengan iblis yang bersemayam dalam dirinya.

Titisan Raja Siluman Ular


BLAAARR!

Seketika api berkobar. Suasana kacau-balau. Lalu terjadi sesuatu di luar nalar. Dari kobaran api itu, terbentuk bola api yang dengan cepatnya membesar, lalu mengangkasa kemudian menukik dan menghantam sasaran lain!

Semua orang ketakutan, coba menghindar dan menyelamatkan diri. Wajah-wajah bingung menandakan kalau mereka tak mengerti apa yang terjadi.

Tapi tidak denganku. Aku tau benar benda apa itu...

BANASPATI!

***

Pengkhianatan

Malam makin larut, sebagian orang sudah tidur, sementara yang lainnya masih bercakap-cakap membicarakan betapa dahsyatnya pertempuran tadi.

Lalu datang seorang panglima, memintaku untuk menghadap sang raja. Ini ada apa?

Diriku dibawa menuju sebuah tenda besar yang paling bagus, dimana banyak prajurit pengawal yang berjaga-jaga di sekitarnya.

Setelah masuk ke dalam, nampak prabu Wirabhumi tengah berbincang serius dengan seorang lelaki berpakaian layaknya bangsawan.

"Ah, panglima Yudha! Akhirnya kita ketemu juga. Sejak tadi para prajurit ramai membicarakan tentang kehebatanmu. Mendekatlah." Ucap sang prabu.

"Salam Hormat saya baginda prabu. Cerita itu terlalu dibesar-besarkan. Justru prajurit baginda yang berperang dengan luar biasa." Jawabku coba merendah.

Sang prabu tersenyum, tapi tidak dengan lelaki yang ada di sebelahnya. Sejak tadi matanya jelalatan terus memperhatikanku. Aku bisa merasakan kebencian dari tatapan matanya. Siapa dia?

"Panglima Yudha, siapakah dirimu? Siapa orang tuamu? Mengapa selama ini aku tak pernah sedikit pun mendengar tentang sepak terjangmu?" Tanya sang prabu lagi.

"Saya cucu dari mpu Dharmapala. Selama ini saya pergi mengembara. Mungkin itu sebabnya baginda tak pernah mendengar apa pun tentang diri saya." Jawabku sengaja berbohong. Tapi bisa kulihat wajah lelaki yang ada di samping sang prabu seketika berubah tegang.

Ah, mpu Dharmapala! Ya, aku kenal dirinya. Dulu dia salah satu penasihat ayahku sekaligus ahli pembuat senjata pusaka. Tapi sayangnya dia sudah pensiun. Padahal senjata yang dibuatnya selalu luar biasa. Bukan begitu adipati Pralaya?" Ujar sang prabu.

Aku langsung terperanjat mendengar nama itu. Ha? Jadi ini adipati brengsek itu? Pantas saja sejak tadi dia pasang muka masam. Mungkin dia masih dendam karena panglima dan kaki tangannya kubuat klenger tempo hari.

"I--iya baginda. Mpu Dharmapala memang luar biasa. Sayangnya dia belum sempat membuatkan senjata pusaka untuk saya. Padahal senjata itu tadinya akan saya gunakan dalam perang ini." Jawab adipati Pralaya sembari melirikku lalu sunggingkan senyum palsunya.

Batinku langsung menggerutu kesal mendengar bualannya. Belum sempat gundulmu! Wong mpu Dharmapala nggak mau kok! Bisa-bisanya kamu bilang belum sempat? Wedus!

Lalu teringat cerita mpu Dharmapala yang bilang kalau adipati kampret ini sebenarnya punya niat untuk mengkhianati sang prabu. Tunggu saja! Akan kubongkar kedokmu nanti!

"Maaf baginda, kalau saya boleh bertanya, apa sebabnya kita berperang? Apa tak ada jalan lain?" Ucapku coba pertanyakan maksud dari peperangan ini.

"Sebenarnya aku juga tak ingin perang ini terjadi. Tapi raja Turangga tak bisa diajak berunding. Dia begitu bernafsu untuk menguasai wilayah kerajaan ini yang terkenal subur, sementara wilayah kerajaannya sering kekeringan." Jawab sang prabu.

Oooo... Jadi begitu. Rupanya keserakahan dan rasa dengki yang jadi penyebab semua ini. Penyakit hati yang satu itu memang kerap membawa masalah tak kenal tempat dan waktu.

Mendadak terdengar suara ribut-ribut di luar sana. Suaranya begitu gaduh. Membuat kami semua jadi bertanya-tanya. Hingga akhirnya datang seorang prajurit melaporkan situasi yang tengah terjadi.

"Celaka baginda! Pasukan Turangga menyerang!" Ucap sang prajurit dengan wajah yang pucat.

"Siapkan pasukan! Raja Turangga memang kurang ajar! Bisa-bisanya dia melanggar perjanjian untuk tak menyerang malam hari!" Titah sang prabu.

Aku pun diminta mempersiapkan pasukanku. Padahal aku tau kalau mereka baru saja beristirahat. Ya Allah, beginikah yang namanya perang?

Bergegas diriku keluar tenda meninggalkan sang prabu dan adipati Pralaya. Tapi belum sempat aku pergi, tiba-tiba terdengar jerit kesakitan dari dalam tenda!

AAAAH!

Aku dan sejumlah pengawal berlarian kembali masuk ke dalam. Astaga! Sang prabu tergeletak bersimbah darah! Sementara di dekatnya adipati pralaya menyeringai dengan keris yang terhunus berlumuran darah!

"PENGKHIANAT!"

Teriak seorang pengawal lalu memburu sang adipati yang melesat pergi menunggangi kuda yang rupanya telah dipersiapkannya sejak tadi. Lelaki licik itu ternyata telah merencanakan semuanya.

Sementara diriku bersama beberapa orang pengawal berusaha menolong sang prabu yang kehilangan banyak darah.

Beberapa orang tabib segera datang memberikan pertolongan. Tapi sayangnya, luka sang prabu terlalu parah hingga pendarahannya sulit dihentikan.

Wajah-wajah mereka kini nampak cemas, sang prabu tengah sekarat. Aku tak bisa tinggal diam. Akan kucoba melakukan sesuatu meskipun aku tak tau apakah ini akan berhasil.

Diriku segera ambil posisi duduk bersila, coba pusatkan tenaga dalam yang akan kusalurkan pada tubuh sang prabu, seperti yang dulu pernah kulakukan saat menyelamatkan seorang korban tabrak lari.

Perlahan-lahan, ada hawa dingin yang muncul dari dua titik hitam di bawah pusarku, lalu menjalar sampai pada kedua telapak tangan hingga terasa dingin bagaikan es.

Lalu kusentuh luka sang prabu hingga darahnya nampak mengental dan membeku.

Semua mata memandang takjub. Para tabib berdecak kagum. Mereka pasti heran, ilmu pengobatan macam apa yang kupergunakan?

Ini ilmunya setan! Ilmu warisan Naga Kanaka. Tapi tak apa. Meski energi itu berasal dari sisi gelapku, tapi selama bisa menyelamatkan nyawa manusia, aku tak keberatan untuk menggunakannya.

Napas sang prabu yang tadi sempat megap-megap, kini terlihat stabil meski masih lemah. Luka pada dadanya nampak pucat menandakan pendarahannya telah berhenti.

"Tabib, selanjutnya saya serahkan padamu. Semoga sang prabu bisa selamat." Ucapku pada seorang tabib yang masih melongo.

DHHHUAAARR!

Terdengar suara dentuman keras di luar sana. Kami semua terkejut. Lalu nampak kobaran api yang menjilat-jilat kain tenda hingga terbakar.

"Celaka! Cepat bawa sang prabu kembali ke kota raja!" Perintah seorang pengawal yang langsung dipatuhi rekan-rekannya. Sang prabu pun segera dibawa dengan kereta kuda diiringi kawalan ketat sekelompok pasukan penjaga.

Setengah berlari diriku bergegas kembali ke tenda pasukanku. Tapi ternyata tendanya sudah hangus terbakar.

Ya Allah! Bagaimana dengan para prajurit tadi?

Tapi syukurnya mereka selamat. Namun kondisi mereka sungguh memprihatinkan. Wajah mereka nampak ketakutan, namun langsung berubah senang ketika melihatku datang.

"Panglima! Celaka panglima! Raja Turangga mengerahkan pasukan silumannya!" Teriak salah satu dari mereka.

Aku terkejut mendengarnya. Pasukan siluman? Ini serius? Aku memang sudah mendengar desas-desus itu. Tapi selama ini kupikir itu hanyalah gertakan saja.

WUUUSH!

Sebuah bola api raksasa meluncur di angkasa lalu turun dengan deras menghantam sebuah tenda.

BLAAARR!

Seketika api berkobar. Suasana kacau-balau. Lalu terjadi satu hal yang aneh. Dari kobaran api itu, kembali terbentuk bola api baru yang dengan cepatnya membesar, lalu kembali mengangkasa kemudian menukik dan menghantam sasaran baru!

BLAAARR!

Semua orang ketakutan, coba menghindar dan menyelamatkan diri. Wajah-wajah bingung menandakan kalau mereka tak mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi tidak denganku. Aku tau benar benda apa itu.

BANASPATI!

BERSAMBUNG

*****
Selanjutnya

*****
Sebelumnya
close